Mengapa Mengurung Pikiranmu di Sangkar: Pengantar Buku ke-5 Lukisan Artificial Intelligence
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 02 Juli 2024 07:53 WIB
AI tidak memiliki kesadaran atau niat artistik; ini adalah alat yang memproses dan menghasilkan berdasarkan data yang diberikan.
Penggunaan AI dalam seni dapat dianggap sebagai kolaborasi antara manusia dan teknologi. Sama seperti penggunaan komputer untuk desain grafis, AI memperluas kemampuan teknis seniman.
AI memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi konsep yang mungkin sulit atau tidak mungkin dicapai dengan tangan. Alat baru ini membuka peluang baru untuk kreativitas tanpa mengurangi nilai atau integritas dari visi kreatif seniman.
Baca Juga: Iwan Partiwa: Denny JA dan Kreasi Lukisannya yang Berbasis Artificial Intelligence
Baik dari perspektif filosofis maupun empiris, karya yang dibuat dengan bantuan AI tetap dapat diklaim sebagai karya pribadi sang seniman.
AI adalah alat yang memperluas kemampuan ekspresi artistik tanpa mengurangi nilai atau integritas dari visi kreatif seniman. Transformasi teknologi ini hanyalah bagian dari evolusi berkelanjutan dalam dunia seni.
-000-
Baca Juga: Isti Nugroho: Kebermaknaan Lukisan AI Karya Denny JA
Sebelum dipublikasi di buku, lukisan saya soal kutipan Rumi itu sudah terlebih dahulu saya edarkan di medsos dan aneka WAG.
Banyak sekali respon yang saya terima. Di satu WAG, lukisan itu memicu diskusi mengapa kita mengurung dan membatasi pikiran kita sendiri, dalam dogma, baik dogma politik maupun agama.
Ada pula para dosen yang meminta izin saya menggunakan lukisan itu sebagai bahan kuliah. Lukisan itu akan dijadikan pemantik diskusi.
Baca Juga: KBRI Addis Ababa dan Uni Harambee Bekerja Sama Terbitkan Buku Pariwisata dan Media
Ada pula pemikir agama terkemuka meminta saya mengirimkan lukisan itu dalam kanvas ke alamat pribadi. Lukisan itu akan dijadikan koleksi untuk terus membuatnya merenung.