Mengapa Mengurung Pikiranmu di Sangkar: Pengantar Buku ke-5 Lukisan Artificial Intelligence
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 02 Juli 2024 07:53 WIB
Lima tahun kemudian, di tahun 2024, saya intens berkenalan dengan aplikasi lukisan dari Artificial Intelligence. Cukup fasih saya mendayagunakan aplikasi itu, melukis hingga 300 lukisan.
Aneka lukisan itu sudah saya publikasikan di empat buku. Sudah pula saya buat pameran solo 188 lukisan saya di sebuah hotel 6 lantai di Jalan Mahakam, Jakarta.
Perjumpaan saya dengan lukisan The Last Supper karya Leonardo da Vinci muncul kembali. Saya pun ingin memvisualisasikan sebuah teks yang memberikan pesan filosofi hidup yang kuat.
Baca Juga: Iwan Partiwa: Denny JA dan Kreasi Lukisannya yang Berbasis Artificial Intelligence
Tapi saya tak memilih teks kitab suci. Saya memutuskan memvisualisasikan kutipan puitis Jalaluddin Rumi. Kedalaman renungan Rumi sejak lama menenggelamkan saya dalam rasa hening spiritual.
Rumi, seorang penyair dan mistikus Sufi abad ke-13, sering menggunakan metafora dan simbolisme dalam puisinya untuk menyampaikan pesan spiritual yang mendalam.
Kutipan Rumi ini lama menyentak saya: "Mengapa mengurung pikiranmu dalam sangkar sementara pintu terbuka untukmu terbang ke langit luas."
Baca Juga: Isti Nugroho: Kebermaknaan Lukisan AI Karya Denny JA
Ini contoh klasik gaya Rumi yang memadukan imaji-indah dengan pesan spiritual yang kuat.
Rumi hidup dalam sebuah era yang penuh dengan perubahan sosial, politik, dan keagamaan. Ia sering menekankan pentingnya pencarian batin dan kebebasan spiritual sebagai cara untuk mencapai kebenaran dan pencerahan.
Dalam konteks ini, Rumi menggunakan metafora sangkar dan langit untuk menggambarkan keterbatasan pemikiran manusia dan potensi tak terbatas dari jiwa yang bebas.
Baca Juga: KBRI Addis Ababa dan Uni Harambee Bekerja Sama Terbitkan Buku Pariwisata dan Media
Kutipan ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk membebaskan diri dari batasan-batasan mental yang kita ciptakan sendiri. "Sangkar" melambangkan batasan, ketakutan, dan pemikiran sempit yang mengurung pikiran kita.