Asisten Pelukis Bernama Atificial Intelligence akan Melampaui Van Gogh?
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 05 Juni 2024 08:00 WIB
Ketika Andy Warhol pertama kali membawa begitu banyak pola-pola konsumerisme dalam lukisan dengan botol Coca-Cola, kaleng biskuit, dan sebagainya, awalnya tidak diterima.
Tetapi lama-lama itu pun dianggap sebagai satu genre seni lukis yang kokoh dalam budaya populer.
Hal yang sama juga akan terjadi dengan AI. Pola baru dibawa AI, menyatukan seni dengan kemajuan teknologi. Warna, dan bentuk bisa dikreasi oleh teknologi AI. Ini tetap bisa dianggap karya seni, namun dalam format yang berbeda.
Baca Juga: Memenangkan Pilpres 5 Kali Beruntun: Pengantar Denny JA di Buku Transkripsi 100 Video Ekspresi Data
Pertanyaan ketiga, akankah AI mengalahkan para raksasa pelukis zaman dulu: Van Gogh, Picasso, Rembrandt?
Ya! Tegas jawabnya. Keindahan adalah sumur tak berdasar. Tak ada ujungnya. Semua keindahan bisa juga dikalahkan oleh keindahan lainnya.
Apalagi, keindahan pun kontekstual. Setiap zaman memiliki ukuran keindahannya sendiri. Pada waktunya, tokoh seperti Rembrandt, Picasso, Van Gogh, dan lainnya pun akan dilampaui oleh pelukis-pelukis terbaru di zamannya yang menggunakan AI yang semakin canggih.
Namun sehebat apapun aplikasi AI, ia hanya bisa menghasilkan karya yang dalam dan menyentuh melalui tangan dan jiwa seorang pelukis, yang juga memiliki kedalaman batin dan keluasan pandangan hidup.
AI akan semakin dahsyat. Tapi tetap jauh lebih dahsyat, para kreator yang tahu cara memanfaatkannya. ***
Jakarta 4 Juni 2024
Baca Juga: Pilkada Lampung Timur: Zaiful Bokhari Berdialog dengan Konsultan Politik Ternama Denny JA di Jakarta
CATATAN