Ikatan Pemulung Indonesia: Bekas Galon Sekali Pakai Tak Menarik Lagi Karena Harga Jualnya Sangat Rendah
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 28 Mei 2024 07:51 WIB
Dia juga khawatir, kondisi ini bisa menyebabkan banyaknya sampah dari galon sekali pakai ini di tempat-tempat sampah. “Kalau para pemulung tidak mau lagi mengambil bekas galon-galon sekali pakai ini, saya khawatir akan menimbulkan masalah sampah terhadap lingkungan,” pungkasnya.
Sebelumnya, para mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyampaikan kesulitan mereka untuk membuang bekas dari kemasan galon-galon sekali pakai yang mereka gunakan.
Ditemui di kampusnya, seorang mahasiswa UI bernama Vito, mengaku kesulitan untuk membuang bekas galon air minum sekali pakai ini.
Baca Juga: Jangan Termakan Hoaks, Menkes Hingga Pakar Tegaskan AMDK Galon Guna Ulang Dijamin Aman
“Saya bingung membuang sampahnya. Saya terpaksa meletakkannya saja di samping tempat sampah. Meskipun hal itu akan membuat lingkungan kita menjadi kotor,” tutur mahasiswa jurusan Hukum yang indekos di daerah Kukusan, Depok.
Hal senada disampaikan Kansa, mahasiswi jurusan Bisnis Islam UI yang indeekosdi daerah Kukusan Teknik UI (Kutek), Depok. “Sebelumnya saya menggunakan galon sekali pakai. Kemudian saya ganti dengan galon guna ulang karena saya bingung membuang bekas galonnya,” tukasnya.
Bayu, mahasiswa Kedokteran IPB, juga mengaku kesulitan membuang bekas galon air minum sekali pakai ke tempat-tempat sampah. “Tempat sampahnya tidak muat, dan anak-anak kost membuangnya saja di luar tong sampah. Itu membuat lingkungan kost menjadi kotor,” ujar mahasiswa yang indekos di daerah Cibanteng, Dramaga, Bogor.
Baca Juga: Dokter Anak Tegaskan, AMDK Galon Guna Ulang Tak Sebabkan Autisme
Demikian juga dengan Atika, mahasiswi jurusan Sumber Daya Pengelolaan Perairan IPB, yang juga mengaku kesulitan membuang bekas galon sekali pakai. “Tempat sampahnya tidak cukup karena galonnya terlalu besar,” tukas mahasiswi yang juga indekos di Cibanteng, Dramaga, Bogor.
Greenpeace Indonesia juga melihat produk galon sekali pakai bertolak belakang dengan semangat pengurangan sampah yang sebenarnya menjadi target Indonesia untuk bisa mengurangi 70 persen sampah di laut hingga tahun 2025 mendatang.
Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi, melihat keanehan, di mana pada saat pemerintah berusaha untuk menargetkan pengurangan sampah, khususnya sampah plastik, justru ada industri yang malah mengeluarkan produk-produk baru yang berpotensi menimbulkan sampah seperti produk air minum dalam kemasan (AMDK) galon sekali pakai. “Itu kan aneh namanya,” ucapnya.
Baca Juga: Ini alasan Kenapa Mayoritas Air Galon Menggunakan Kemasan Polikarbonat
Menurut Atha, industri yang memproduksi galon sekali pakai itu jangan hanya melihat dari sisi botolnya saja yang berbahan PET, yang kemudian diklaim bisa didaur ulang dan menjadi salah satu jenis plastik yang tinggi yang dicari oleh para pemulung. Tetapi mereka juga harus melihat label dan tutupnya yang ternyata berpotensi menjadi sampah.