DECEMBER 9, 2022
Puisi

Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (14): Orang Belanda Mencari Masa Lalu di Surakarta

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

“Nenek Camlo, bukan nenek kandungmu.
Ia memang membesarkan Ayah.

Tapi nenekmu yang sebenarnya,
Ibu kandungku, bernama Maimunah.
Ia orang Surakarta, Indonesia.

Kakekmu tak membawanya ke Belanda.
Ayah dipisahkan kakek dari nenek, di tahun 1942.
Usia Ayah baru 7 tahun.”

“Ampun, astaga!”
Inikah rahasia itu, Ayah?
Itukah batu besar menindih kepalamu?”

Ruben kaget.
Sebuah bom meledak di dada.
Sungguh ia tak menyangka.

Ruben melihat foto itu,
hitam putih dan sudah menguning.
Foto gedung.
Tertulis: Cantinestraat, Surakarta, 1940.
Di depannya, lelaki Belanda,
gadis pribumi Indonesia,
bocah kecil.

Tertulis di catatan harian.
“Itu foto kakek, nenek,
dan Ayah ketika 5 tahun.”

“Itu blangkon,
satu-satunya pemberian nenek,
yang Ayah simpan.”

Ruben menangis.
“Ayah, mengapa tak kau ceritakan ini dari dulu?
Perihnya rahasia yang dibawa mati.

Ruben ingat ketika ia masih 6 tahun.
Ayah seringkali menemani, tidur, sambil bernyanyi.
“Itu lagu Indonesia,” kata Ayah.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait