Anindito Aditomo: Literasi Siswa tentang AI Jadi Kunci Mencapai Peningkatan Mutu dan Kecakapan di Era Digital
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 07 Mei 2024 04:01 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenkdikbudristek) mengatakan, tingginya literasi siswa soal memanfaatkan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci mencapai peningkatan mutu dan kecakapan di era digital. Itu diungkapkan Anindito Aditomo.
Anindito Aditomo adalah Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek. Ia bicara dalam diskusi daring di Jakarta, Senin, 6 Mei 2024.
“Kemendikbudristek telah merumuskan Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan regulasi diri pada siswa. Kurikulum ini diharapkan dapat membantu mereka belajar secara mandiri dan beradaptasi dengan situasi yang tidak terstruktur,” kata Anindito Aditomo.
Baca Juga: Zahid Asmara: Perlu Perkuat Literasi Finansial Digital Agar Terhindar Dari Jeratan Judi Online
Anindito menyatakan, tersedianya kurikulum pembelajaran yang menunjang kemampuan sumber daya manusia sejak dari sekolah dalam memahami teknologi dan AI, dapat membantu masyarakat menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
Terkait hal ini, Kemendikbudristek berupaya mewadahi siswa dengan memasukkan kembali mata pelajaran Informatika ke dalam kurikulum, mulai dari tingkat SMP.
Namun, pembelajaran informatika pada Kurikulum Merdeka tidak hanya berbicara bagaimana menggunakan perangkat digital, tetapi juga fokus dalam mengembangkan cara berpikir siswa.
Baca Juga: Indonesia Pamerkan Produk dan Teknologi Digital di China Cross Border Ecommerce
Program lain yang ditawarkan untuk melengkapi kemampuan calon pemimpin bangsa ini antara lain Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), serta Praktisi Mengajar.
Menurutnya, program MBKM di perguruan tinggi untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Program itu memungkinkan mahasiswa untuk belajar di luar prodi mereka, mengikuti magang, dan melakukan studi independen.
Sementara program MSIB dinilai mampu memangkas waktu tunggu mendapatkan pekerjaan lulusan perguruan tinggi lebih singkat, sekitar tiga bulan, dan mendapatkan gaji hampir tiga kali lipatnya.
Sedangkan Program Praktisi Mengajar akan memberikan gambaran lain dari pelaku pasar kepada siswa/mahasiswa tentang ketrampilan yang diperlukan sehingga mereka bisa mempersiapkannya sejak dini, serta mengadopsi Program for International Student Assessment (PISA) sebagai salah satu target pencapaian.