Berthold Damshäuser: Pilpres 2024, Pandangan Seorang Pengamat dari Jerman
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 13 April 2024 04:26 WIB
Sebagai pendukung demokrasi (karena tidak bisa membayangkan bentuk pemerintahan yang lebih baik), saya tidak setuju dengan anggapan bahwa kemunduran demokrasi secara pasti berarti penderitaan bagi rakyat.
Bahkan di negara yang tidak memiliki demokrasi sama sekali, rakyatnya belum tentu menderita. Mungkin rakyat di sana justru merasa nyaman, terutama jika situasi ekonomi membaik. Bukankah Republik Rakyat Tiongkok adalah bukti nyata?
Di samping itu, menggunakan istilah "demokrasi" tanpa definisi yang jelas sebenarnya kurang bermanfaat. Dan mereka yang sekarang merasa begitu kecewa dengan hasil pilpres di Indonesia seharusnya mengajukan proposal untuk mereformasi demokrasi di Indonesia.
Yakni, agar rakyat (demos) --yang mayoritas terdiri dari individu yang kurang berpendidikan, rentan terpengaruh dan gampang disesatkan-- tidak dibiarkan untuk membuat pilihan, yang oleh kaum elit yang terpelajar dan intelektual dianggap salah.
Barangkali dengan menghapus prinsip bahwa setiap suara memiliki bobot yang sama. Atau, menerapkan bentuk demokrasi di mana hak pilih hanya dimiliki oleh kaum terpelajar. Pokoknya, sebuah demokrasi yang menjamin bahwa calon terbaik di mata kaum itu yang dipilih, bukan calon yang mengadakan kampanye paling mahal dan canggih, atau mampu menyewa konsultan yang paling mahir.
Di atas, saya telah menyampaikan kritik yang cukup tajam, ironis, bahkan sinis, terhadap elite politik Indonesia. Juga kurang adil. Ketidakadilan penilaian saya menjadi jelas ketika kita melihat nama-nama presiden Indonesia (mulai dari Sukarno hingga Jokowi) dan mengamati perjalanan sejarah dari bangsa muda bernama Indonesia sejak 1945.
Baca Juga: Mochamad Afifuddin: KPU Siapkan Strategi untuk Hadapi Gugatan Sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi
Sejarah itu merupakan kisah sukses yang gemilang, yang dapat mengisi ratusan buku. Tentu saja, kesuksesan itu relatif dan tingkat kesuksesan Indonesia hanya dapat diukur dengan membandingkannya dengan negara-negara muda lain di Global Selatan, di mana sebagian besar tidak seberuntung Indonesia.
Indonesia telah berhasil menjamin kesejahteraan penduduknya, yang jumlahnya telah berkembang dari sekitar 70 juta pada tahun 1945 menjadi sekitar 270 juta saat ini, dengan kondisi kehidupan yang semakin baik. Saya yakin bahwa semua tujuh Presiden Indonesia sejauh ini memiliki andil dalam menciptakan kisah sukses ini. Mereka semua punya jasa tertentu.
Saya tidak bisa memberikan bukti yang rinci di sini, namun saya percaya bahwa bangsa Indonesia cukup beruntung telah memiliki elite politik/pemimpin yang bertanggung jawab dan kadang-kadang brilian dalam posisinya sebagai presiden.
Semua presiden itu memang memiliki kelemahan, beberapa di antaranya bersifat otoriter dan haus kekuasaan. Namun, semuanya adalah patriot sejati, mencintai bangsa dan berkeinginan untuk mengabdi kepadanya, ingin dikenang sebagai pengabdi bangsa yang berhasil.