Berthold Damshäuser: Pilpres 2024, Pandangan Seorang Pengamat dari Jerman
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 13 April 2024 04:26 WIB
Tak lama lagi, Prabowo Subianto akan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia dan akan mulai menentukan nasib bangsa Indonesia. Prabowo adalah sosok menarik dan flamboyan dengan beragam sisi, dan, setidaknya bagi saya, sulit untuk dinilai secara utuh.
Pada kunjungan terakhir saya ke rumah almarhum mantan presiden Habibie di Jakarta, kalau tidak salah pada 2017, kami berbicara tentang otobiografi beliau yang berjudul "Detik-detik yang Menentukan". Bertolak dari buku itu, kami bicarakan juga peristiwa 23 Mei 1998, ketika Prabowo secara tiba-tiba mendatangi Habibie di Istana. Habibie memberikan berbagai komentar tentang Prabowo yang tidak terlalu positif.
Tetapi bagaimana pun, saya optimis dan yakin bahwa Prabowo pun akan sanggup menjadi bagian dari deretan panjang presiden Indonesia, yang bertindak secara bertanggung jawab dan berhasil mengabdi pada bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, saya juga mengandalkan penilaian Presiden Jokowi, yang mempercayai Prabowo dan karena itu telah mendukungnya menjadi presiden baru.
Saya juga optimis mengenai masa depan Indonesia. Apabila situasi internasional tetap stabil (tidak ada perang di Asia Timur, tidak ada krisis ekonomi global yang parah, tidak ada dampak fatal dari krisis iklim), Indonesia berpotensi mencapai tujuannya, terutama di bidang ekonomi.
Andai pun ketidakadilan sosial yang memalukan itu masih menjadi masalah, perkembangan ekonomi Indonesia akan memberikan manfaat bagi rakyat kecil. Sangat saya harapkan bahwa Indonesia di bawah kepimpinanan Prabowo Subianto akan berperan lebih aktif dalam menyelesaikan krisis ekologis global, sambil melindungi alam Indonesia yang begitu indah.
Selain itu, saya juga berharap bahwa sistem pendidikan di Indonesia akan terus diperbaiki, karena masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia yang terdidik, terutama di bidang teknologi.
Baca Juga: Mochamad Afifuddin: KPU Siapkan Strategi untuk Hadapi Gugatan Sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi
Satu hal yang pasti: semua bangsa, semua negara lebih dari sebelumnya menjadi bagian dari komunitas takdir. Masalah-masalah yang dihadapi umat manusia secara keseluruhan hanya dapat dipecahkan melalui kerjasama internasional.
Salah satu tantangan terbesar adalah bahaya besar yang ditimbulkan oleh pencapaian teknologi, khususnya senjata pemusnah massal yang dapat menghancurkan peradaban kita. Hal ini menjadi lebih mengkhawatirkan, di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat, seperti yang terjadi di Eropa, Timur Tengah, dan Asia Timur.
Dalam konteks ini, seorang presiden Indonesia tidak terlalu berdaya. Mengingat kompleksitas masalah-masalah global, makna dan dampak pemilihan presiden Indonesia menjadi relatif kecil.
Berthold Damshäuser, akrab dipanggil “Pak Trum“, lahir 1957 di Wanne-Eickel, Jerman. Pada 1986 - 2023 mengajar bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Bonn. Pemimpin redaksi Orientierungen, sebuah jurnal tentang kebudayaan-kebudayaan Asia. Penerjemah puisi Jerman ke bahasa Indonesia dan puisi-puisi Indonesia ke bahasa Jerman. Bersama Agus R. Sarjono menjadi editor Seri Puisi Jerman yang terbit sejak 2003. Pada 2010, ia dipilih Kementerian Luar Negeri RI menjadi Presidential Friend of Indonesia. Pada 2014 dan 2015 menjadi anggota Komite Nasional Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Pekan Raya Buku Frankfurt. Penulis esai dalam bahasa Indonesia yang terbit di Majalah Tempo, Jurnal Sajak, dan media lain. Bunga rampai tulisannya dalam bahasa Indonesia diterbitkan dalam buku Ini dan Itu Indonesia - Pandangan Seorang Jerman. Salah satu buku terbarunya berjudul Mythos Pancasila dan terbit di Jerman pada 2021. Anggota Satupena sejak 2023, tinggal di Bonn/Jerman.