Berthold Damshäuser: Pilpres 2024, Pandangan Seorang Pengamat dari Jerman
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 13 April 2024 04:26 WIB
Saya mulai melihat logikanya dan menyadari, bahwa pilpres atau pemilu di Indonesia bukan “pesta demokrasi” sejati. Tetapi ini lebih mirip teater topeng yang seru, di mana para calon seolah-olah bertarung dengan sengit, sementara rakyat diajak untuk menjadi aktor utama dalam menentukan nasib mereka sendiri. Sebenarnya itu semua cuma sandiwara, di mana rakyat dipertontonkan sebagai tokoh penting atau bahkan tokoh utama.
Saya juga mulai memahami bahwa hubungan antara para calon dalam pilpres di Indonesia sebenarnya didasarkan pada persahabatan berbentuk persekutuan antarkonco.
Bagaimana tidak? Bukankah mereka semua sebagai elite politik adalah bagian dari oligarki? Ikut menguasai negara bersama dengan elite ekonomi atau mereka sendiri telah menjadi anggota elite politik dan elite ekonomi sekaligus.
Atau, sebagai anggota elite politik ingin juga menjadi anggota elite ekonomi, berarti mau menjadi kaya. Dan karena itu sebaiknya berkonco dengan sesamanya. Perilaku seperti itu sangat manusiawi, sangat lumrah.
Saya juga menyimpulkan sebagai berikut: Tindakan Jokowi, yaitu mengulurkan tangan dan mengangkat Prabowo sebagai menteri, adalah langkah politik yang bijaksana. Lebih baik menjadikan Prabowo sebagai konco sejati daripada mengambil risiko bahwa lawan politik dalam pilpres tadi menjadi musuh yang berbahaya.
Karena pada dasarnya, ada kemungkinan bahwa lawan tadi, yaitu seseorang yang memiliki dana atau pendukung berdana, punya dukungan tertentu di kalangan TNI, tiba-tiba bermain api dan berusaha mempersulit atau bahkan menjatuhkan presiden. Misalnya, dengan memanfaatkan isu-isu agama, berkolaborasi dengan organisasi agama yang fanatik, lalu menggalang massa dalam demonstrasi besar-besaran.
Baca Juga: Mochamad Afifuddin: KPU Siapkan Strategi untuk Hadapi Gugatan Sengketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi
Hal-hal seperti itu tentu akan merupakan ancaman bagi keamanan dan stabilitas negara. Bahkan berpotensi menimbulkan malapetaka nasional, di mana rakyat kecil akan menjadi korban pertama.
Maka, perilaku Jokowi, yang sesuai dengan perilaku umum elite politik Indonesia, sebenarnya adalah berkah bagi negara dan bangsa. Sistem per-konco-an yang terjadi di kalangan elite menjamin bahwa semuanya punya akses ke sumber-sumber kekayaan, dan itulah yang menjamin keamanan dan stabilitas.
Bayangkan, jika elite Indonesia kehilangan kekompakannya dan mulai bermusuhan, memobilisasi massa, saling memerangi. Hal itu dapat mengakibatkan kekacauan nasional, merusak perekonomian, seperti terjadi di berbagai negara di Afrika dan Amerika Selatan.
Dalam keadaan seperti itu, rakyat Indonesia akan menjadi korban terbesar, akan jauh lebih menderita daripada akibat ketidakadilan sosial dan masalah-masalah lain yang dihadapi saat ini.