Di Pembuangan Itu, Mereka Menua dan Mati: Inspirasi dari Film Eksil (2024)
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 27 Februari 2024 07:30 WIB
-000-
Film ini menghadirkan beberapa tokoh sentral, di antaranya: Asahan Alham Aidit, Hartoni Ubes, Sarjio Mintardjo, dan I Gede Arka.
Pembuat film perlu diapresiasi karena ia berani dan berhasil merekam satu babak sejarah kelam Indonesia. Ekspresi ceritanya menyentuh karena personalisasi peristiwa itu dari pengalaman pribadi para warga yang terbuang.
Baca Juga: Denny JA: Situasi akan Baik-baik Saja di Tengah Isu Pemilu Curang, Hak Angket, dan Koalisi Baru
Sejak awal, saya sudah tersentuh dengan puisi yang dibuat oleh Chalik Hamid, seorang eksil yang juga terbuang dari Indonesia.
"Kuburan kami ada di mana-mana, kuburan kami berserakan di mana-mana, di berbagai negeri, di berbagai benua."
-000-
Yang dihadirkan di film Eksil itu hanya puncak gunung es dari dunia yang jauh lebih besar, yang belum semua tergali.
Memang tak tersedia jumlah yang pasti seberapa banyak mahasiswa Indonesia di luar negeri waktu itu. Seberapa banyak sebenarnya jumlah warga Indonesia yang tidak bisa kembali. (1)
Tapi di awal 1960-an, ribuan orang dikirim ke luar negeri oleh Bung Karno untuk sekolah. Ribuan! Mereka mahasiswa terpilih, sebagai “utusan Indonesia”.
Akibat pergolakan politik di tanah air, dan dicabutnya paspor, mereka “mengembara” dari satu negara ke negara lain. Mereka juga ketakutan karena isu akan dipulangkan ke Indonesia dan dipenjara.