DECEMBER 9, 2022
Kolom

Seberapa Besar Efek Elektoral dari Aksi Protes di Kampus Terhadap Calon Presiden? Inilah Analisis Denny JA

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Aksi protes itu memang bisa membuat demokrasi kita semakin tumbuh dan bertransformasi, dari suasana “transisi demokrasi” menuju “konsolidasi demokrasi.”

Tapi dari si politik elektoral, pengaruh gerakan kampus ini tidaklah banyak. Mengapa? Ini datanya.

Kepuasan kepada Jokowi sekarang ini memang sedang tinggi sekali. Hampir 10 tahun Jokowi menjadi presiden dan menyentuh hati masyarakat luas.

Baca Juga: Denny JA: Serangan Sebagian Kalangan Terpelajar ke Prabowo-Gibran yang Kian Kencang itu Bagai Topan di Dalam Toples

Di akhir Januari 2024, sekitar 80,8 persen publik puas kepada kinerja Jokowi. Itu approval rating kepada presiden yang tinggi sekali. Tidak hanya tinggi untuk ukuran Indonesia, tapi juga untuk ukuran dunia.

Di kalangan terpelajar, bahkan yang puas pada Jokowi itu 77,9 persen. Yang tak puas kepada Jokowi 21,8 persen. Bisa dikatakan, di kalangan terpelajar, yang didefinisikan dalam kelompok mahasiswa, D1, D3, S1, S2, S3, dan para profesor, rata-rata dari 10 orang warga kampus ada dua orang yang tak puas kepada Jokowi.

Tapi ada tujuh dari sepuluh warga kampus yang puas pada Jokowi.  Dan satu orang dari 10 warga kampus itu yang tidak memberikan suara. Bisa  kita katakan, berapa pun jumlah profesor, dosen yang mengritik Jokowi di sana, maka ada jauh lebih banyak yang puas pada kinerja Jokowi.

Baca Juga: Banyak Kalangan Intelektual Protes ke Prabowo-Gibran tapi Elektabilitasnya Malah Naik, Begini Penjelasan Denny JA

Katakanlah ada 20 warga kampus yang tak puas dengan Jokowi. Secara statistik, itu berarti ada sekitar 70 warga  dari kampus itu yang tak bersuara, tapi mereka puas kepada Jokowi. Perbandingannya 7 : 2 untuk pro Jokowi.

Mengapa terjadi dan terbelah seperti ini di kalangan terpelajar Itu karena memang di kalangan manapun, bisa saja terjadi perbedaan persepsi mengenai realitas politik.

Apa yang penting dan krusial bagi seseorang, bagi satu guru besar, itu hal yang biasa- biasa saja bagi guru besar lain. Apa yang tak bisa diterima bagi satu pihak, itu bisa ditoleransi, bisa dipahami oleh pihak lain.

Baca Juga: Jika Presiden Jokowi Berkampanye untuk Calon Presiden (Misalnya Prabowo Subianto), Bolehkah? Inilah Pandangan Denny JA

Kepentingan, cara berpikir, prioritas dan pemihakan warga kampus terhadap apapun, siapapun, tak pernah tunggal. Dan spektrum persepsi ini juga terjadi di kalangan pemilih manapun. Tinggallah statistik yang memetakan, posisi apa yang kini mayoritas dan minoritas.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait