DECEMBER 9, 2022
Kolom

Mayjen TNI (Purn) Dr. Saurip Kadi: Prabowo–Gibran Sebagai Solusi Kebangsaan Kekinian

image
Mayjen TNI (Purn) Dr. Saurip Kadi (Foto: Antara)

ORBITINDONESIA.COM - Tanpa memahami latar belakang mengapa Presiden Joko Widodo (JKW) memilih Prabowo Subiyanto (PS) bersama putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka (GRR) sebagai Pasangan Capres-Wapres, wajar saja kalau sebagian pendukungnya menjadi kecewa, patah hati, marah dan bahkan berbalik membencinya.

Bagaimana tidak, kalau JKW yang menjadi tumpuan harapan dengan karya nyatanya telah membangun pondasi NKRI sebagai wadah dan alat bersama bagi segenap anak bangsa secara setara dengan konsep nation state, ternyata diujung masa jabatannya sebagai Presiden mendadak tampil bak tokoh yang haus kekuasaan dan malah melanjutkan praktek nepotisme yang selama ini subur di negeri ini.

Sementara PS yang dipilihnya adalah tokoh yang secara umum dipahami sebagai bagian masalah masa lalu.

Baca Juga: Seratusan Perempuan Buruh Tani di Situbondo Jawa Timur Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran

Ambyarnya Strategi Politik Belah Bambu.

Bukanlah kebetulan, kalau selama lebih dari 9 tahun sejak awal JKW berkuasa, mereka yang terancam kepentingannya melalui dan atau bersama mitra politiknya, mengembangkan politik “belah bambu” dengan thema “KADRUN vs CEBONG”.

Apapun yang dikerjakan JKW salah dan membahayakan negara. Dari sanalah maka penyebaran hoax, fitnah, adu domba dan ujaran kebencian begitu masifnya.

Baca Juga: Jika Presiden Jokowi Berkampanye untuk Calon Presiden (Misalnya Prabowo Subianto), Bolehkah? Inilah Pandangan Denny JA

Di sisi lain, dalam riil politik pasca Pemilu 2019 secara sistematik dimunculkan dua kutub calon presiden yaitu Anies Baswedan (AB) mewakili kubu Islam dan Ganjar Pranowo (GP) dari kubu Nasionalis.

Dalam praktiknya, strategi politik “belah bambu” termaksud kemudian mendadak “AMBYAR” yaitu ketika JKW menjagokan PS dan “gong” nya ketika GRR dipasangkan dengan PS.

Pilihan strategi tersebut sendiri tidak bisa lepas dari perkembang politik di Indonesia pasca bangkrutnya komunisme, di mana upaya destabilisasi politik dan keamanan hanya mungkin berhasil manakala membenturkan antara “Islam” dan “Nasionalis”.

Baca Juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Mutasi Ratusan Pati dan Pamen, Inilah Nama-nama di Antaranya  

Pilihan untuk menjadikan AB sebagai Presiden bagi mereka menjadi sangat mendasar, dalam rangka membesarkan politik aliran atau identitas (Islam).

Halaman:
1
2
3
4
5
Sumber: Izin bergelora.com

Berita Terkait