DECEMBER 9, 2022
Kolom

Denny JA: Serangan Sebagian Kalangan Terpelajar ke Prabowo-Gibran yang Kian Kencang itu Bagai Topan di Dalam Toples

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Keempat, umumnya kalangan terpelajar dalam struktur voters di Indonesia tidak memiliki kaki dan tangan untuk mempengaruhi wong cilik, pemilik suara mayoritas negeri ini.

Terputus itu hubungan antara lapisan terpelajar dan wong cilik. 

Bahkan para begawan pemikir dan intelektual kita tak memiliki kaki dan tangan ke kalangan wong cilik. Manuver mereka terbatas “di dalam toples saja.”

Baca Juga: Denny JA: Ilusi Melengserkan Jokowi, Hanya Untuk Diskusi yang Tak Bersambung dengan Realitas Politik

Kelima, apa yang membedakan situasi sekarang dengan kondisi di tahun 1998, yang berhasil menggerakkan reformasi?

Di tahun 1998, kemarahan kalangan terpelajar itu bergaung seirama dengan krisis ekonomi yang besar. Akibatnya kegelisahan kaum terpelajar juga menjadi kegelisahan wong cilik.

Sementara sekarang di tahun 2024 ini, ekonomi baik-baik saja. Tak ada kegelisan ekonomi misalnya yang berdenyut keras.

Baca Juga: Quotes Politik Denny JA: Menang Pilpres Harus Paham Kultur Politik Indonesia

Itulah sebabnya mengapa terjadi dua fakta yang unik itu. Kemarahan sebagian kaum terpelajar kepada Jokowi, Gibran dan Prabowo memang semakin Intens.

Tapi di momentum yang sama, elektabilitas Prabowo-Gibran justru semakin tinggi.

Terjadi semacam ketidak-sambungan, link yang terputus antara sebagian kalangan terpelajar itu dan psikologi publik luas. ***

Baca Juga: Denny JA: Pasangan Capres dan Cawapres Terasosiasi Jokowi Paling Diuntungkan

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait