AS Desak Israel untuk Biarkan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza Setelah Hamas Bebaskan Sandera
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 24 Oktober 2023 19:11 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Hamas membebaskan dua orang sandera wanita yang mereka tahan di Gaza sejak awal perang dengan Israel, setelah adanya diplomasi dari Otoritas Qatar dan Mesir.
Menurut kelompok Palestina, pemebebasan dua orang sandera asal Israel ini dilakukan oleh Hamas karena alasan kemanusiaan dan alasan kesehatan yang semakin memburuk.
Setelah Hamas membebaskan sandera, Amerika Serikat mendesak Israel untuk tetap mempertahankan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan masuk ke Jalur Gaza.
Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: IDF Kabarkan 3 Wakil Komandan Hamas Tewas
Kelompok Palestina dan Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan bahwa militan bersenjata Hamas sudah membebaskan dua sandera yang mereka tahan.
Melalui Juru Bicaranya, Hamas mengatakan bahwa alasan kelompok mereka membebaskan dua orang sandera lagi adalah karena adanya mediasi yang dilakukan oleh Qatar dan Mesir.
Juru Bicara Hamas, Abu Obeida, membuat pernyataan pada hari Senin melalui saluran Telegram resmi kelompok tersebut bahwa mereka sudah membebaskan sandera kedua.
Baca Juga: Pakistan Dakwa Mantan Perdana Menteri Imran Khan Karena Bocorkan Rahasia Negara
Abu Obeida juga mengatakan dalam pernyataannya bahwa alasan lain pembebasan dua sandera tersebut adalah karena alasan kemanusiaan dan kondisi kesehatan yang semakin memburuk.
ICRC mengkonfirmasi pernyataan itu dengan mengatakan dua sandera tersebut bernama Yocheved Lifshitz yang berusia 85 tahun dan Nurit Cooper yang berusia 75 tahun.
Melalui akun Twitter resminya, ICRC bersyukur kedua sandera yang dibebaskan dalam kondisi baik dan berharap mereka bisa bertemu kembali dengan keluarganya.
Baca Juga: Indonesia Serukan Gencatan Senjata di Gaza dan Desak Israel Akhiri Pendudukan
Hamas diketahui menahan lebih dari 200 orang, termasuk warga Israel dan orang berpaspor ganda, sejak penyerangan mereka pada tanggal 7 Oktober 2023.
Kelompok militan bersenjata tersebut juga membunuh sebanyak 1.400 orang, dengan mayoritas diantaranya merupakan warga sipil, menurut keterangan dari pihak berwenang Israel.
Setelah kejadian itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuntuk kelompok Hamas untuk melakukan pembebasan tanpa syarat terhadap sandera yang mereka tahan.
Baca Juga: Apakah Israel Memiliki Perencanaan Pasca-Pertempuran Melawan Hamas di Gaza
Organisasi Hak Asasi Manusia, beberapa organisasi Internasional, dan seluruh keluarga sandera juga menuntut Hamas untuk segera melakukan pembebasan.
Sebelumnya pada hari Jum'at Hamas sudah melepaskan sandera pertama mereka yaitu dua orang wanita berkewarganegaraan Amerika Serikat.
Dua orang sandera wanita tersebut bernama Judith Raanan dan anak merempuannya bernama Nathalie Raanan, yang dibebaskan karena adanya mediasi dari pihak Qatar.
Baca Juga: Solidaritas yang Indah: Keluarga Abu Assi Memberi Makan Ribuan Pengungsi di Gaza Selatan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan dua sandera tersebut berhasil dibebaskan setelah adanya mediasi selama berhari-hari dengan seluruh pihak terkait.
Obeida sebenarnya juga menawarkan pembebasan dua sandera lain bersama Judith dan Nathalie, namun rencana tersebut ditolak oleh Otoritas Israel.
Israel menyebut klaim tersebut sebagai propaganda palsu dari pihak Hamas dan mengatakan bahwa saat ini Hamas sedang berusaha untuk memperbaiki citranya di mata internasional.
Baca Juga: Pemboman Israel di Gaza yang Dibiarkan oleh AS Melemahkan Moralisme Barat di Ukraina
Israel menyebut Hamas sedang memperbaiki nama baiknya karena banyak sekali cerita mengerikan tentang mereka yang membunuh warga Israel dengan cara yang mengerikan dan sudah mendapatkan kecaman dari dunia.
Ketika Pasukan Militer Israel bersiap untuk melakukan invasi darat ke Gaza, beberapa keluarga korban penculikan dilema pada pilihan yang sangat menyakitkan.
Beberapa keluarga korban mengharapkan para tentara untuk memprioritaskan pembebasan sandera, sementara yang lain ingin para tentara untuk fokus menyerang Hamas.
Baca Juga: China Mendesak Israel dan Hamas Untuk Gencatan Senjata akan Melakukan Apapun Untuk Menghentikan Perang
Seorang Aktivis Politik Israel, Carmel Gorni, mengatakan bahwa perang ini tidak bisa diteruskan karena hanya akan menjatuhkan korban jiwa tanpa ada penyelesaian apapun.
Carmel yang sepupunya, Yiftah Gorni, terbunuh dalam penyerangan Hamas mengusulkan kepada seluruh pihak yang terlibat untuk melakukan penukaran sandera dan menghentikan peperangan.
"Kita perlu berbicara dengan Hamas. Kita tidak bisa selalu melakukan perang," kata Carmel dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 24 Oktober 2023.
Baca Juga: Perang Israel Hamas Meluas, Amerika akan Serang Timur Tengah Jika Tentara Mereka Diserang
Carmel juga mengatakan, "Kami punya begitu banyak tahanan Palestina yang bisa kami tukarkan dengan rakyat kami. Jika tentara kami masuk (ke Gaza), banyak orang akan meninggal, termasuk para sandera."
Media AS, New York Times, melaporkan bahwa Amerika Serikat mendesak Israel untuk melonggarkan serangan mereka dan menunda invasi darat untuk menjamin keselamatan para sandera.
Israel juga dituduh telah mengabaikan kehidupan dari warga sipil Palestina dalam menghadapi Hamas, memutus akses makanan, air, bahan bakar, dan listrik.
Baca Juga: China Selesaikan Pembangunan 300 Silo Rudal Balistik Antarbenua
Israel juga telah melakukan kampanye serangan udara tanpa henti terhadap 2,3 warga sipil Gaza, meratakan seluruh bangunan di sana, dan melanggar hak asasi manusia.
Menurut Pihak Berwenang Palestina, serangan udara Israel yang dilakukan secara terus menerus telah membuat lebih dari 5.000 warga Palestina meninggal dunia.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk tetap mempertahankan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca Juga: Israel Bersumpah akan Menyerang Iran dan Memenggal Head of Snake jika Hizbullah Bergabung Hamas
Desakan Biden kepada Netanyahu itu terjadi sesaat setelah konvoi 20 truk bantuan ketiga dikabarkan sudah berhasil untuk masuk ke wilayah kantong Palestina.
Namun, menurut laporan dari PBB, tidak ada bahan bakar yang dibawa oleh truk bantuan tersebut dan cadangan bahan bakar di Gaza akan habis dalam 2 hari kedepan.
Sejak perang baru dimulai dan blokade yang dilakukan oleh Israel, warga Palestina yang berada di Gaza sudah hidup dalam kesulitan.
Baca Juga: Serangan Darat Israel di Gaza Terjadi Ketika Kelompok Militan Hamas Bebaskan Sandera Pertama
Mereka kekurangan air bersih dan bahan bakar, yang artinya pabrik destilasi air, pabrik roti, dan rumah sakit yang sangat mereka andalkan akan segera berhenti beroperasi.
Para pejabat PBB mengatakan bahwa untuk membantu warga Gaza, diperlukan sebanyak 100 truk bantuan setiap hari, karena ada 2,3 juta warga Gaza yang membutuhkan pertolongan dan setengah diantaranya sudah menjadi tunawisma.
Dalam pembicaraan tersebut, Biden juga menyampaikan kabar terbaru kepada Netanyahu mengenai dukungan yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada Israel.
Baca Juga: Israel Diduga Berencana Pindahkan Penduduk Palestina ke Mesir Ketika Negara Barat Mendukung Mereka
"Upaya yang sedang berlangsung dalam pencegahan regional, termasuk pengerahan militer AS yang baru," kata Biden dikutip Orbitindonesia.com dari The Guardian 24 Oktober 2023.
Amerika Serikat juga menyambut baik pembebasan dua sandera Israel oleh Hamas dan berharap keselamatan sandera lainnya serta keamanan di jalur Gaza, Palestina.***