Usmar: Menyibak Temaram Senja Kemiskinan di Jawa Tengah, Problema dan Tantangan Ganjar Pranowo?
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 16 September 2023 03:28 WIB
Tak heran, popularitas Obama meningkat tajam. Bahkan, bertemu 1.000 orang pendukung di negara bagian ditempuh dengan sangat mudah via media elektronik dan media sosial. Walhasil, dalam hitungan day to day jutaan orang terbentuk opininya.
Viewer pun mudah menangkap pesan politik dengan baik, bahkan subcribe, like, comment and share tentang need for achievement direspon positif dalam kalimat sederhana “everything must change and everything is running well.”
Adalah pesan politik yang terkesan klise “Everything Must Change,” namun tersampaikan dan Obama sukses mengalahkan rivalnya dari Partai Republik John McCain dalam Pemilu 2008. Bahkan pada periode kedua Obama sebagai pertahana dengan mudah mengalahkan lawannya dari Partai Republik, Mitt Romney pada 2012.
Bagaimana dengan Ganjar Pranowo? Teknologi digital juga dimanfaatkan untuk melakukan psywar terhadap berbagai pihak. Media elektronik dan media sosial dalam banyak hal menjadi alat political branding untuk memviralkan dirinya. Tak perlu diragukan, fungsi Youtuber dan cameramen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah didayagunakan untuk itu.
Tentu hal tersebut dapat dipahami dan memang harus dilakukan oleh para kandidat, yang ingin ikut kontestasi politik capres dan cawapres. Hal ini mengingat dalam banyak hal, konten video berisi track record berwarna hitam, abu-abu, dan putih yang viral di tangan kawan dan lawan.
Sebut saja, Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan (NasDem, PKS dan Demokrat). Ia harus puas distempel sebagai simbol kekuatan yang ingin membangun sistem khalifah. Begitu pula, Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Indonesia Raya (Gerindra dan PKB) harus rela dijuluki pembual dalam kejahatan kemanusiaannya sejak 1998.
Yang terakhir adalah Ganjar Pranowo yang diusung PDIP dan PPP, ia harus siap menerima dijuluki laki- laki piktor (pikiran kotor) yang hobinya nonton video porno (bokep). Lihat saja podcast Deddy Corbuzier.
Tantangan Ganjar Pranowo yang diunggulkan sebagai capres pencetak hattrick PDIP, adalah sejauh mana political landscape figur Ganjar Pranowo secara nasional? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita menoleh angka perolehan pemilu legislatif dan Pilpres 2019.
PDIP dan sosok Jokowi perlu dihadirkan karena memiliki tingkat electoral yang mumpuni. Tahun 2019 jumlah provinsi ada 34. Secara spasial paslon #1 meraih 21 provinsi sesuai hasil rekapitulasi final KPU, yang menetapkan paslon Jokowi dan Ma’ruf Amin memperoleh 55,50 persen.
Sedangkan, paslon #02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno meraih 13 provinsi atau 44,50 persen (Yuyun Pirngadi, Arus Besar Kekuatan Politik Baru, Penerbit Uwais Inspirasi Indonesia, 2020).