Usmar: Menyibak Temaram Senja Kemiskinan di Jawa Tengah, Problema dan Tantangan Ganjar Pranowo?
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 16 September 2023 03:28 WIB
Tak cuma itu, tercerabutnya akar budaya lokal yang digantikan dengan budaya global menimbulkan perbenturan ruang hidup dan kehidupan seringkali abai. BPS mencatat secara nasional, tingkat kemiskinan September 2022 sebesar 9,57 persen atau sebanyak 26,36 juta orang berada di garis kemiskinan.
Tingkat kemiskinan ini naik tipis dari Maret 2022 (9,54 persen), tetapi lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan pada September 2021 yang mencapai 9,71 persen (Republik.co.id, Semarang, 2023).
Upaya sadar yang dilakukan Pemerintah pusat dalam menanggulangi kemiskinan sudah relatif baik dan patut diapresiasi. Betapa tidak, Kementerian Keuangan membuat langkah kebijakan stimulus untuk perekonomian nasional dengan menggelontorkan dana sebesar Rp 87,55 triliun, yang diperuntukkan bagi bantuan perlindungan sosial, insentif usaha, dukungan UMKM, pembiayaan korporasi dan dana insentif daerah.
Pemerintah pun tak main-main dalam pemulihan ekonomi nasional di era Covid-19 ini. Anggaran berkisar Rp 695,2 triliun atau setara 4,2 persen dari PDB pada 2021 digelontorkan dan meningkat tajam menjadi Rp 800 Triliun pada 2023. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, secara spasial berapa dan bagaimana penurunan kemiskinan dalam konteks di Jawa Tengah?
Baca Juga: Hasil Pekan ke 12 BRI Liga 1, di Hadapan Para Semeton Bali United Takluk dari RANS Nusantara FC
Realitas Kemiskinan di Jawa Tengah
Jika kita memotret realitas Indeks Kemiskinan di Jawa Tengah tercatat 0,42 persen pada September 2022. Indeks ini lebih tinggi dibandingkan nasional, yakni 0,38 persen atau rata-rata di Pulau Jawa yakni 0,28 persen.
Menurut BPS Jawa Tengah, jumlah penduduk kabupaten dan kota dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
- Tahun 2020 sebanyak 36.516.035 jiwa.
- Tahun 2021 sebanyak 36.742.501 jiwa, meningkat sebesar 226,466 jiwa (0,62 persen).