Dr HM Amir Uskara: Bung Karno, Tito, dan Ekonomi Pancasila
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 06 Juni 2023 07:53 WIB
Republik Yugoslavia merupakan negara federal yang pernah eksis di Eropa sampai hampir akhir abad ke-20. Di bawah Tito, Yugoslavia tumbuh besar, bersatu, kuat, dan maju.
Tapi setelah Tito meninggal tahun 1980, negara-negara bagian di Yugoslavia terlibat konflik politik. Federasi pun mulai retak.
Pada awal 1990-an, perpecahan benar-benar terjadi. Dan Yugoslavia runtuh pada tahun 1992. Republik yang semula besar dan kuat itu pecah menjadi enam negara bagian yang berdiri sendiri -- Serbia, Montenegro, Slovenia, Kroasia, Bosnia-Hezergovina, dan Makedonia. Dua daerah lainnya berstatus otonomi khusus (Kosovo dan Vojvodina).
Indonesia pun sebetulnya nyaris pecah karena "intervensi politik" Belanda. Sang penjajah tak mengakui kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Belanda memecah Indonesia menjadi 16 negara bagian (federal). Bentuk pemerintahan Indonesia -- seperti halnya Yugoslavia -- federal.
Baca Juga: Ahmad Muzani Gerindra: Erick Thohir Jadi Salah Satu Kandidat Cawapres Prabowo
Tapi berkat kepiawaian politisi Indonesia, bentuk federal itu diubah menjadi negara kesatuan di parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS), tahun 1950. RIS pun berubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Betul apa yang dikatakan Bung Karno kepada Broz Tito --Indonesia tidak akan hancur karena punya ideologi Pancasila. Dalam pembukaan UUD 1945 -- di mana latar belakang Pancasila dijabarkan -- terdapat pernyataan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan. Bukan federasi.
Sejak itu, April 1950, hingga hari ini, 2023, terbukti Indonesia tetap utuh sebagai NKRI. Ideologi Pancasila sebagai "soft power" ternyata lebih kuat dari kekuatan militer (hard power)-nya Yogoslavia dalam menjaga keutuhan negara.
Alhamdulillah hingga hari ini, NKRI tetap berdiri kokoh. Tapi yakinkah Indonesia akan tetap utuh seperti sekarang di masa depan?