Jejak Pangeran Diponegoro Dalam Tahun Pengasingan dan Kematian
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 13 Agustus 2022 11:37 WIB
Carey mencatat bahwa Diponegoro juga tidak diterima baik di ibu kota Minahasa. Pangeran pernah begitu marah atas penghinaan yang diterimanya, lalu dia melemparkan tongkat pusakanya ke tanah yang menyebabkan pasar bergoncang laksana gempa.
Diponegoro juga ditolak ketika ingin melamar seorang putri warga Muslim terkemuka. Ayah gadis itu, Letnan Hasan Latif menyatakan perkawinan itu hanya akan membawa nasib sial kepada putrinya.
Perasaan begitu menderita di Manado, akhirnya berlalu setelah Diponegoro dipindahkan ke Makassar pada tahun 1833. Di sana dirinya akan ditahan di Benteng Fort Rotterdam hingga akhir usianya.
Penjagaan pangeran dan keluarganya di Makassar jauh lebih ketat ketimbang di Manado, mereka tidak diizinkan untuk berkeliaran di luar benteng Fort Rotterdam. Diponegoro hanya diizinkan untuk berolahraga di bawah penjagaan benteng, itu juga hanya boleh di siang hari.
Baca Juga: Video Ungkapan Local Pride Markus Horison Tuai Kontrovesi, Netizen: Ini Nyindir Bukan Sih
Tetapi berbeda dengan di Manado, di Makassar yang mayoritas beragama Islam, sosok Diponegoro sangat dihormati. Bahkan karena rasa hormat ini, Diponegoro menolak ketika ada keinginan dari Belanda untuk memindahkannya.
Dirinya tetap ingin menghabiskan hidupnya di Makassar. Bahkan dia meminta agar jenazahnya dimakamkan bersebelahan dengan putranya, dibanding di pemakaman raja-raja di Imogiri, bersebelahan dengan istri kesayangannya, Raden Ayu Maduretno.
Dalam masa pengasingan, Diponegoro membuat beragam karya tulisan. Babad Diponegoro dibuatnya ketika diasingkan di Manado, berisi tentang kisah hidup Pangeran Diponegoro.
"Namun betapa hebat naskah yang dihasilkan! Sumber ajaran-ajaran Diponegoro yang anti-Belanda untuk anak-anaknya yang sedang tumbuh di Manado dan Makassar, akan terbukti menjadi salah satu hasil karya sastra besar di era Jawa modern," jelas Carey.
Baca Juga: Bukan di Dalam Rumah, Brigadir J Ternyata Ditembak di Pekarangan Rumah Dinas Irjen Ferdy Sambo