DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Jejak Pangeran Diponegoro Dalam Tahun Pengasingan dan Kematian

image
Pangeran Diponegoro

Diponegoro pernah begitu bahagia ketika sepucuk surat dari ibunya, Raden Ayu Mangkorowati tiba. Dirinya pun berharap Belanda mengizinkan agar bisa melewatkan sisa-sisa masa hidupnya di Makassar bersama ibunya.

Pangeran menulis kepada ibunya, dia bersama anak-anaknya sering melihat ke pelabuhan, mana tahu Sang Ibunda datang dengan kapal uap yang sering singgah di Teluk Makassar. Tetapi karena usia, Mangkorowati tidak bisa melakukan perjalanan jauh.

Mangkorowati dalam sebuah suratnya hanya berharap anaknya tetap diberi kesehatan dan bisa bertemu di akhirat kelak. Ibu yang begitu disayangi Diponegoro ini kelak meninggal pada 7 Oktober 1852.

Pangeran Diponegoro memulai pengasingan di Minahasa, Manado antara tahun 1830-1833. Ketika itu Diponegoro ditempatkan di sebuah ruangan dengan empat kamar di dalam benteng Fort Nieuw Amsterdam.

Baca Juga: Adian Napitupulu: Pernyataan Bernada Ancaman dari Ketum Projo Bisa Rusak Kualitas Proses Demokrasi

Untuk itu ruangan langsung direnovasi agar cukup elegan dengan dilengkapi buku, meja tulis berupa lacinya dengan lampu minyak besar keluaran terakhir. Diponegoro memang ingin menulis ketika di Manado, dia juga memiliki dua kuda untuk berkeliling.

Dunia Diponegoro kini berubah menyempit menjadi hanya seluas empat kamar di Fort Nieuw Amsterdam. Dirinya juga sudah tidak berminat berkeliling daerah setempat, lingkungan Manado tidak cocok untuk berkuda.

Diponegoro juga suka menabung, salah satunya untuk bisa menunaikan ibadah haji. Tetapi Belanda lantas mencurigai aktivitas pangeran dan kemudian memutuskan untuk mengurangi uang tunjangan.

"Hal ini mengakibatkan kondisi kesejahteraan pangeran terus turun hingga di ambang kemiskinan pada saat kematiannya," tutur Carey.

Baca Juga: Kabareskrim: Brigadir J Sempat Dipanggil Irjen Ferdy Sambo Masuk ke Rumah sebelum Ditembak

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait