DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Jejak Pangeran Diponegoro Dalam Tahun Pengasingan dan Kematian

image
Pangeran Diponegoro

Merujuk tulisan Peter Carey dalam buku Takdir riwayat Pangeran Diponegoro, 1785-1855 menyebutkan kematian Diponegoro disebabkan kondisi fisik yang menurun karena lanjut usia.

Kemudian jenazah Diponegoro dikebumikan pada petang hari di Kampung Melayu bersama keris kesayangannya, Kanjeng Kiai Bondoyudo. Upacara penguburuan itu dilaksanakan secara Islam.

"Dengan hak-hak penuh menurut agama Islam dan dengan penghormatan yang pantas sesuai martabatnya yang terlahir sebagai bangsawan, dan sesuai dengan keinginan almarhum agar dia dimakamkan, di dekat pusara putra keduanya," tulis Carey.

Memang pada awal Maret 1849, tragedi menimpa pangeran yang telah diasingkan dari tanah kelahirannya ini, putra keduanya Raden Mas Sakurmo yang masih berusia 14 tahun meninggal dunia akibat penyakit.

 Baca Juga: Pengabdi (Ayat-ayat) Setan

Peristiwa ini menyebabkan Diponegoro langsung berpikir agak jauh. Bahwa umurnya ketika itu yang sudah mencapai kepala enam, sementara itu tubuhnya kian melemah karena penderitaan dan hidup melarat di hutan pada akhir perang.

Carey menulis dalam dekade terakhir kehidupan, Diponegoro mulai mempersiapkan kematiannya dengan apa yang disebut dalam tradisi mistik Syaratiah atau dikenal dengan plawanganing pati (membuka pintu gerbang kematian).

Pada akhir 1848, dia meminta kepada Gubernur Jenderal agar diizinkan bertemu dengan kedua putranya, Pangeran Dipokusumo dan Raden Mas Raib yang telah diasingkan ke Ambon tahun 1840, bersama saudara mereka yang telah sakit jiwa, Pangeran Diponingrat.

"Sejak awal Belanda memang tidak ada keinginan untuk mengabulkan keinginan dari Diponegoro untuk bertemu kembali dengan anak cucunya yang juga diasingkan," beber Carey.

Baca Juga: Profil Salman Rushdie, Penulis Ayat Ayat Setan yang Tewas Ditikam di AS 12 Agustus 2022

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait