Mengawetkan Agama, Tanggapan Akademisi dan Tokoh pada Pemikiran Denny JA tentang Agama Warisan Kultural
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 09 Mei 2023 07:50 WIB
Bagaimana dengan perayaan-perayaan agama? Bagi Denny, dalam spiritualitas baru ini, segala kekayaan agama bisa dianggap sebagai kekayaan kultural milik bersama. Dan gejala ke arah ini sudah mulai terlihat.
Saat ini perayaan Natal tidak hanya dirayakan oleh umat Kristiani tapi juga oleh umat agama lain, termasuk umat Islam. Bahkan kaum ateis, dan mereka yang tidak percaya Yesus lahir pada 25 Desember, ikut pula merayakan Natal, dan menghias rumah mereka dengan pernak-pernik Natal.
Kaum muslim di Eropa juga merayakan Natal dengan mengundang umat Kristen ke rumah mereka.
Begitu juga dengan Ramadan dan Idulfitri. Perayaan berbasis ajaran Islam ini juga dirayakan oleh banyak sekali penganut agama lain. Demikian pula yang terjadi di India, di mana perayaan ritus berbasis Hindu dilakukan oleh berbagai kalangan agama.
Spiritualitas baru ini diasumsikan tidak akan mampu menggantikan agama, mengingat agama selalu mengandung unsur metafisis yang tak terbantahkan.
Justru spiritualitas baru ini mendorong kehidupan publik yang lebih harmonis, tanpa menghilangkan peran agama bagi individu-individu penganutnya.
Spiritualitas baru ini mengawetkan elemen-elemen yang tetap relevan dalam agama, dan perlahan membuang cara beragama yang usang dan eksklusif.
Tentang Buku Ini
Pemikiran Denny JA tentang agama tersebar dalam sejumlah buku, dan ditulis dengan beberapa konteks yang berbeda. Pemikiran-pemikiran itu sebenarnya tak terlalu runut, namun Ahmad Gaus berhasil menstrukturisasi keseluruhan pemikiran itu dan mengkategorisasinya dalam “Sembilan Pemikian Denny JA tentang Agama.”
Gaus berhasil memotret konsistensi cara berpikir dan refleksi perjalanan spitual Denny JA sehingga menghasilkan serangkai pemikiran ini.