Mengawetkan Agama, Tanggapan Akademisi dan Tokoh pada Pemikiran Denny JA tentang Agama Warisan Kultural
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 09 Mei 2023 07:50 WIB
Bagi Denny, peradaban manusia saat ini sudah sampai di titik kematangannya.
Manusia yang berbeda agama, negara, dan bahasa kini berinteraksi secara sangat intens. Sejalan dengan kemenangan ide-ide mengenai demokrasi dan kebebasan, prinsip hak asasi manusia kini membuat homo sapiens itu setara dan bebas memilih keyakinannya.
Pandangan dan keyakinan tak bisa dipaksakan dan terus berevolusi.
Keberagaman tak tehindarkan. Kita adalah homo sapiens yang sama, menempati bumi yang sama. Persamaan kita jauh lebih dalam, lebih asli, ketimbang segala perbedaan.
Karena itu bagi Denny, ini adalah saatnya bersama kita kembangkan narasi besar yang baru: Satu Bumi. Satu Homo Sapiens. Satu Spiritualitas.
Inilah yang kemudian disebutnya sebagai spiritualitas baru abad 21.
Spiritualitas baru ini baginya adalah narasi besar agama gelombang ketiga.
Dalam bacaan Denny, narasi besar gelombang pertama agama memberikan panduan berdasarkan mitologi. Narasi besar gelombang kedua memberi panduan lewat otoritas wahyu. Sedangkan narasi besar gelombang ketiga memberi panduan berdasarkan riset empirik.
Spiritualitas baru ini lahir dari hasil riset ilmu pengetahuan. Tentu spiritualitas baru tak pernah berbicara tentang dunia metafisik, seperti apakah surga dan neraka itu ada atau tidak. Itu adalah wilayah narasi besar gelombang satu dan dua.
Spiritualitas baru membatasi diri hanya memberi panduan hidup bermakna, bahagia, berbuat kebaikan yang semuanya semata hasil riset empirik. Tak ada panduan spiritualitas baru tanpa dihasilkan dan terbukti dari hasil riset akademik.