DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mengawetkan Agama, Tanggapan Akademisi dan Tokoh pada Pemikiran Denny JA tentang Agama Warisan Kultural

image
Pandangan Denny JA tentang agama sebagai warisan kultural memperoleh tanggapan dari kalangan akademisi dan tokoh.

Banyak negara yang lebih dari 90 persen populasinya menyatakan agama sangat penting dalam hidupnya justru tingkat korupsi di pemerintahannya juga sangat tinggi (diukur dengan The Corruption Perception Index).

Denny JA juga mengutip hasil riset oleh University of Rochester yang secara khusus mengukur hubungan antara tingkat IQ dan agama. Di situ disebutkan bahwa masyarakat yang tingkat beragamanya tinggi memiliki kecerdasan rata-rata (Cognitive Test Measurement) lebih rendah dibandingkan masyarakat yang tingkat beragamanya lebih rendah.

Apa Yang Awet dari Agama?

Dalam melihat agama, Denny JA melakukannya dengan dua pendekatan. Pertama, melihat agama sebagai insititusi yang cenderung menjadikan ajarannya sebagai sejenis konstitusi ruang publik yang memaksa orang dengan tafsir tertentu.

Wujud agama ini lebih nampak institusional daripada substantif, kerena ini seringkali disebut sebagai organized religion yang cenderung kaku dan dogmatis. Klaim kebenaran dan keselamatan menjadi salah satu elemen penting dalam agama sejenis ini.

Agama jenis inilah yang kemudian secara perlahan ditinggalkan penganutnya. Dari 4.300 jenis agama yang pernah lahir di dunia, banyak di antaranya yang sudah tinggal nama alias tidak memiliki penganut.

Agama menjadi tidak relevan karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman.

Meski agama memiliki kekenyalan daya tahannya sendiri, namun tren yang ditemukan oleh Norris dan Inglehart menemukan relevansinya dalam konteks seperti ini.

Lalu apa yang bisa diawetkan dari agama? Denny menawarkan pendekatan berikutnya, yakni melihat agama sebagai warisan kultural milik bersama.

Masing-masing agama memiliki harta karunnya sendiri yang sangat kaya.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait