DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama

image

Bila layaknya ujian di mana sang dosen mengawali petanyaannya setuju atau tidak setuju, maka saya akan pasti dan tegas menjawab setuju terhadap sembilan butir tesis pemikiran agama Denny JA tersebut.

Tentu saja jawaban ini oleh sang dosen dinilai belum mencukupi dan memerlukan penjelasan lebih jauh.

Dalam Semangat Saintifik

Secara garis besar, saya menarik kesimpulan, kekhasan Denny JA sebagai pemikir agama adalah dikemukakannya riset sains untuk melengkapi agama dan spiritualitas.

Riset tidak bisa dilepaskan dengan ilmu pengetahuan, sebagai hasil temuan kelanjutan pembuktian empiris. Hubungan agama dan sains ini mengingatkan saya pada pernyataan Albert Einstein (1879-1955) bahwa “Science without religion is lame. Religion without science is blind.”

Sebagai anak kandung yang muncul di era sains modern dan menempuh pendidikan mengenai riset dan dikenal sebagai tokoh riset nasional, tampaknya langkah yang ditempuh Denny JA sebagai pemikir agama adalah sebangun dengan apa yang diucapkan oleh Einstein.

Ucapan Einstein bahwa agama harus sejalan dengan ilmu pengetahuan sudah dikenal luas dan diiyakan kalangan agama termasuk kaum Buddhis.

Namun begitu, Denny JA lebih jauh melangkah melengkapinya dengan hasil riset ilmu pengetahuan untuk dihadapkan ke mahkamah agama.

Keselarasan agama dengam ilmu pengetahuan juga berlaku pada Buddhisme seperti adanya ungkapan “Buddha’s intention was nothing else than to establish what we call a religion of science.

Englightment and science are interchangeable World” (Paul Carus, 1852-1919, Filsuf, Pembelajar Comparative Religion).

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Berita Terkait