Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Kita Bersama
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 13 April 2023 08:16 WIB
Sekalipun agama diyakini datang dari Tuhan, namun karena manusia adalah subjek yang beragama dan manusia memiliki kebebasan berpikir untuk menerima atau menolak, tidak mengherankan jika dalam sejarahnya banyak agama yang telah hilang karena dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan manusia.
Beberapa agama masih bertahan. Di antara yang masih bertahan adalah Kristen yang dipeluk oleh 2,38 milyar, Islam 1,91 milyar, Hindu 1,16 milyar, Buddha 507 juta, Yahudi 14,6 juta manusia, dan beberapa agama lokal lain.
Ramalan bahwa agama akan punah atau terpinggirkan dalam masyarakat modern yang serba rasional, ternyata meleset. Yang terjadi adalah reinterpretasi ulang teradap bangunan epistemologi dan tradisi keagamaan yang ada.
Lebih dari itu, yang terjadi adalah proses desekularisasi dan demitologisasi agama secara radikal akibat kemajuan ilmu pengetahuan yang bersifat empiris-positif.
Namun begitu, fenomena festival keagamaan tidak hilang karena telah menyatu dan bersenyawa dengan budaya.
Denny JA Yang Kukenal
Denny terlahir 4 Januari 1963. Beda sepuluh tahun lebih muda dibanding diri saya.
Namun prestasi intelektualnya jauh melampaui saya. Dia dikenal sebagai kolomnis yang sangat produktif, tulisannya tersebar di berbagai surat kabar Indonesia.
Sebelum melanjutkan studi ilmu sosial di Amerika Serikat program Master dan Doktor, Denny menyelesaikan studi hukum di Universitas Indonesia. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga muslim.
Pemikiran Djohan Effendi, Nurcholish Madjid, dan Dawam Rahardjo saya kira banyak memengaruhi wawasan keislamannya karena sejak muda Denny akrab dengan lingkaran diskusi yang diselenggarakan oleh ketiga intelektual itu.