Agama Memanusiakan Manusia: Tanggapan terhadap Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 12 April 2023 10:22 WIB
Di situlah kehebatan seorang Denny yang tidak dimiliki penulis lain. Dengan kemampuannya itu, dia terbebas dari kecaman kaum tradisional yang terbelenggu oleh kaidah-kaidah fiqhiyah.
Dia juga terhindar dari makian para teolog yang sangat kaku berpegang pada mazhab teologisnya.
Bagaimana memahami Islam?
Untuk memahami ajaran sebuah agama seperti Islam seharusnya kita tidak terpaku hanya pada teks-teks suci yang normatif. Diperlukan kemampuan menggali pesan-pesan moral yang terkandung di balik teks-teks tersebut.
Itulah yang dimaksudkan dengan aspek kontekstual berupa realitas historis, politis, dan sosiologis yang berkembang dalam masyarakat ketika teks-teks suci diwahyukan.
Realitas masyarakat tidak stagnan, melainkan berkembang dan penuh dinamika akibat banyak faktor. Amat penting memahami realitas tersebut ketika membaca teks-teks suci agama.
Realitas itulah yang diungkapkan secara jelas melalui hasil-hasil riset oleh lembaga-lembaga riset yang dikenal kredibilitasnya. Itulah menurut saya makna perintah iqra di permulaan al-Qur’an.
Tidak sedikit umat nonmuslim yang terkesima ketika menyadari bahwa ayat al-Qur’an yang pertama turun adalah perintah iqra. Sangat disayangkan kata iqra mengalami reduksi makna.
Umumnya, hanya memaknai dengan membaca. Iqra bukan sekadar membaca, melainkan mencakup makna yang luas yakni mengembangkan literasi kemanusiaan, termasuk di dalamnya melakukan upaya-upaya riset demi pengembangan sains dan teknologi serta kemakmuran lingkungan.
Usaha-usaha pengembangan literasi tak mungkin dijalankan tanpa basis yang kuat pada kemampuan berpikir kritis dan rasional, kemampuan bertindak demokratis, dan kemampuan memahami agama secara humanis.