Supriyanto Martosuwito: Orde Baru Membantai Muslim
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 12 Mei 2023 13:45 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Anak anak generasi milenial banyak yang tak paham bahwa rezim militer Orde Baru yang dipimpin Jenderal Soeharto juga berlumuran darah umat muslim, para ustadz dan ulama.
Anak anak di bawah 40 tahun, geng ustadz kadrun 212 - yang mondar mandir sowan ke keluarga Cendana kini tidak tahu - atau pura pura tidak tahu - lembaran hitam kasus kasus banjir darah di Tanjung Priok, Jakarta Utara (1984) dengan korban ratusan tewas diberondong peluru tentara.
Serta kerusuhan rasial di Tasikmalaya dan pembunuhan para ulama di Banyuwangi oleh pasukan "Ninja" di kawasan tapal kuda Jawa Timur (1996 - 1998).
Baca Juga: Kronologi Ibu Kubur Anak Hasil Perselingkuhan di Jember, Takut Ketahuan Suami
Ribuan warga juga tewas dan teraniaya semasa Orde Baru menerapan DOM - Daerah Operasi Militer - di Nanggroe Aceh Darusslam (NAD) yang notabene warganya mayoritas muslim dan dijuluki Serambi Mekah.
Desa desa yang dicurigai menyembunyikan anggota GAM dibakar dan anggota keluarga tersangka militan diculik dan disiksa. Diperkirakan lebih dari 300 wanita dan anak di bawah umur mengalami perkosaan dan antara 9.000-12.000 orang - sebagian besar warga sipil tewas - antara tahun 1989 dan 1998 dalam operasi TNI tersebut.
Operasi ini berakhir dengan penarikan hampir seluruh personel TNI yang terlibat atas perintah Presiden BJ Habibie pada 22 Agustus 1998 setelah berhentinya Soeharto dan berakhirnya era Orde Baru.
12 SEPTEMBER 1984.
Dalam kasus Tanjung Priok, 12 September 1984, menurut catatan resmi "hanya" 24 korban tewas dan 54 terluka (termasuk militer). Akan tetapi dari cerita korban yang selamat melaporkan lebih dari seratus orang tewas.