Supriyanto Martosuwito: Orde Baru Membantai Muslim
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 12 Mei 2023 13:45 WIB
Menurut Gus Dur, operasi-operasi yang dilancarkan guna menyulut kerusuhan-kerusuhan itu dinamakan “Operasi Naga Hijau”.
Dalam konteks percaturan politik Indonesia, “hijau” bisa bermakna dua: ABRI (TNI) dan Islam. Bahkan dalam konteks “Operasi Naga Hijau”, istilah itu mungkin juga menunjuk pandangan pihak militer terhadap apa yang mereka anggap sebagai golongan ekstrem Islam (hijau).
23 Juli 1999. Di Beutong Ateuh, terjadi salah satu peristiwa paling mengerikan dan juga merupakan satu dari sekian banyak pembantaian selama operasi militer yang dilaksanakan di Aceh, yakni Peristiwa Beutong Ateuh atau juga dikenal sebagai Peristiwa Tengku Bantaqiah.
Tengku Bantaqiah adalah seorang alim ulama yang memimpin sebuah pesantren yang terletak di Beutong Ateuh bernama Pesantren "Babul Al Nurillah" yang dituduh oleh TNI sebagai tempat penyembunyian alat logistik GAM.
Baca Juga: Survei Indikator Politik: PDI Perjuangan Masih Raja di DKI Jakarta, Elektabilitasnya 23,9 Persen
Tuduhan ini tidak pernah terbukti, namun ekses dari tuduhan tersebut adalah pembantaian terhadap warga sipil yang merupakan jamaah pesantren dan juga Tengku Bantaqiah sendiri.
Ini dilakukan oleh personel TNI yang berada di bawah kendali operasi (BKO) Korem 011/Liliwangsa yang terdiri dari pasukan Yonif 131 dan 133 dengan didukung satu pleton pasukan dari Batalyon 328 Kostrad.
Dalam peristiwa tersebut tercatat 56 orang tewas dan hilang ditembaki tentara. Selain itu, ratusan orang trauma atas perisitwa tersebut.
Bahkan setelah Suharto jatuh, kerusuhan merebak di berbagai daerah setiap kali Suharto hendak dipriksa atau diadili dan didemo mahasiswa atau rakyat.
Baca Juga: Lepas dari PSS Sleman Seto Nurdiyantoro Maju Jadi Caleg DPR RI