Romo Franz Magnis Suseno Beri Analogi Posisi Bharada E saat Mendapat Perintah Ferdy Sambo
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 26 Desember 2022 14:59 WIB
Magnis kemudian mengalihkan topik ke peristiwa penembakan di mana saat itu sang penerima perintah menembak tidak memiliki waktu untuk mempertimbangkan perintah dari atasannya, serta budaya ‘laksanakan’ yang membuatnya sulit menolak perintah.
“Orang normal tahu membunuh orang lain tidak dapat dibenarkan. Itu di satu pihak. Di lain pihak, dia berhadapan dengan perintah tegas dalam budaya laksanakan." katanya.
"Maka suara hati itu, dan dia tidak punya waktu untuk duduk, apalagi untuk berunding dengan orang lain bagaimana sebaiknya di situ, (dia) tidak (mempunyai waktu),” papar Magnis.
“Tiga puluh detik, 1 menit, diputuskan langsung. Akibatnya mungkin mengancam dia juga. Di situ suara hati sering akan bingung. Bisa juga dia bertindak menurut suatu naluri. Misalnya naluri laksanakan perintah, itu ditanamkan di dalam dia tentu saja,” ujarnya.***