Komunis Yaman dan Mispersepsi Umat Islam Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Oktober 2022 12:10 WIB
Pada tahun 1986, Partai Komunis Yaman bersama sejumlah partai dan kelompok kiri lain termasuk Partai Ba'ath bergabung dengan Partai Sosialis Yaman yang berhaluan Marxist-Leninist.
Partai Sosialis Yaman (berdiri tahun 1978) merupakan gabungan dari berbagai elemen, partai, dan kelompok politik beraliran kiri, baik di Yaman selatan maupun di Yaman utara. Pendiri Partai Sosialis Yaman adalah Abdul Fattah Ismail yang sangat pro-Soviet.
Ada cukup banyak tokoh dan pentolan kelompok / partai komunis, sosialis atau Marxis-Leninis di Yaman seperti (selain beberapa yang disebutkan di atas) Haidar Abu Bakar al-Attas (pernah ditunjuk oleh Presiden Ali Abdullah Saleh sebagai Perdana Menteri Republik Yaman tahun 1990-94), Muhammad Ghalib Ahmad, Ali Nasser Muhammad, Ali Salim al-Beidh, Ali Saleh Obad, Yasin Said Nu'man, Abdulrahman al-Saqqaf, dlsb.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Perdayai Tottenham Hotspur, Newcastle Merangsek Empat Besar Klasemen
Perlu diketahui, dalam konteks Timur Tengah, meskipun mereka aktif di parpol atau ormas yang berkaitan dengan Komunis atau Marxis-Leninis, itu bukan berarti bahwa mereka adalah pengikut ateisme seperti umumnya disalahpahami di Indonesia yang gemar menyamakan komunis dengan ateis.
Padahal, komunisme dan ateisme adalah dua filosofi dan “pandangan dunia” yang sangat berbeda.
Di Timur Tengah, berbagai kelompok mengadopsi komunisme itu semata-mata hanya sebagai strategi, taktik, dan ideologi gerakan perlawanan terhadap kekuasaan atau kekuatan politik tertentu yang tidak ada sangkut-pautnya dengan ateisme.
Meskipun tentu saja ada yang sekularis-ateis, tetapi banyak aktivis dan pengikut komunis yang tetap berpegang teguh pada agama Islam, Kristen, atau Yahudi, ketiga kelompok agama yang dulu mengimpor komunisme Soviet ke Timur Tengah: Irak, Mesir, Suriah, Yordania, Libanon, Palestina, Iran, Yaman dan bahkan Arab Saudi.