Mengulas Buku Malcolm Gladwell, "Talking to Strangers" tentang Kegagalan Memahami Orang Asing
- Penulis : Abriyanto
- Senin, 11 Agustus 2025 01:51 WIB

Kedua kisah ini menggarisbawahi salah satu tema utama Gladwell: kita terlalu percaya diri pada kemampuan membaca orang asing melalui kesan pertama. Kita meyakini bahwa tatapan mata, bahasa tubuh, atau nada suara bisa mengungkap kebenaran. Padahal, semakin kita mengandalkan intuisi ini, semakin besar kemungkinan kita salah.
Neville Chamberlain, Perdana Menteri Inggris pada 1938, berkali-kali bertemu Adolf Hitler dan pulang dengan keyakinan bahwa ia membawa “perdamaian untuk zaman kita.” Ia keliru. Orang-orang yang justru paling akurat membaca niat Hitler — seperti Winston Churchill — tidak pernah bertemu dengannya.
Masalahnya, kita hidup dalam budaya yang mendorong keyakinan bahwa “melihat langsung” adalah kunci memahami seseorang. Kita percaya wawancara kerja akan mengungkap kandidat terbaik, atau bahwa bertatap muka memberi kita keunggulan menilai karakter.
Baca Juga: Resensi Buku Bayangan yang Tumbuh dari Revolusi: Membaca The New Class (1957) Karya Milovan Djilas
Penelitian yang dikutip Gladwell menunjukkan sebaliknya. Hakim yang memutuskan pemberian jaminan setelah melihat dan mendengar terdakwa ternyata lebih buruk dalam memprediksi risiko kejahatan ulang dibandingkan algoritma komputer yang hanya memproses data objektif seperti usia dan catatan kriminal.
Di sinilah konsep default to truth — kecenderungan manusia untuk memercayai — menjadi paradoks. Di satu sisi, kepercayaan adalah lem perekat masyarakat; tanpa itu, kolaborasi dan kehidupan sosial akan runtuh. Di sisi lain, kepercayaan membuat kita rentan terhadap penipuan, seperti dalam kasus mata-mata Kuba yang selama bertahun-tahun berhasil menipu CIA.
Namun, seperti kata psikolog Tim Levine yang dikutip Gladwell, default to truth adalah “kesepakatan evolusioner yang menguntungkan.” Kegagalan sesekali adalah harga yang wajar untuk kelancaran komunikasi sosial.
Kisah Bland dan Knox juga menunjukkan kegagalan memahami coupling — bahwa perilaku sering kali tergantung pada konteks.
Encinia menganggap daerah tempat ia menghentikan Bland sebagai “zona kejahatan tinggi” padahal tidak, lalu menerapkan taktik agresif yang sebenarnya hanya relevan di titik-titik rawan.
Demikian pula, perilaku Knox yang santai di kantor polisi tidak bisa dipahami tanpa mempertimbangkan latar belakang budayanya dan kondisi psikologis saat itu.
Baca Juga: Resensi Buku Collapse (2005): How Societies Choose to Fail or Succeed Karya Jared Diamond
Jika memahami orang asing begitu sulit, apa yang bisa kita lakukan? Gladwell mengusulkan dua hal: kerendahan hati dan pembatasan. Kerendahan hati berarti mengakui bahwa kita tidak tahu semua tentang orang asing, meski telah berbicara atau menatap mereka lama. Pembatasan berarti menghindari teknik interogasi atau penilaian yang memberi tekanan berlebihan, karena justru memperburuk kualitas informasi yang kita dapat.