Indonesia Menari di Irama Baru Perdagangan Global, AS Ketinggalan?
- Penulis : Mila Karmila
- Sabtu, 19 Juli 2025 00:12 WIB

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, 20 Mei, Mendag menegaskan bahwa pemerintah terus mendorong diversifikasi itu antara lain melalui percepatan perundingan dagang hingga promosi dagang aktif di berbagai kawasan strategis alternatif AS.
Jumlah ekspor Indonesia juga menunjukkan bahwa pada tahun 2024, berdasarkan data Kantor Perwakilan Dagangan AS (USTR), impor barang AS dari Indonesia naik 4,8 persen pada tahun 2024 (total sekitar 28,1 miliar dolar AS), sementara ekspor AS ke Indonesia meningkat 3,7 persen atau mencapai sekitar 10,2 miliar dolar AS.
Sedangkan data kuartal I 2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa ekspor ke AS tumbuh sekitar 15 persen year-on-year di sejumlah sektor utama seperti elektronik, alas kaki, dan pakaian jadi.
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump Ancam Negara Pendukung BRICS dengan Tarif Ekstra 10 Persen
Masih berdasarkan data BPS, tiga besar tujuan utama ekspor Indonesia pada Januari-Mei 2025 adalah China (24,25 miliar dolar AS atau kontribusi 22,87 persen), Amerika Serikat (12,11 miliar dolar AS atau 11,42 persen) dan India (7,28 miliar dolar AS atau 6,87 persen). Sementara itu, ekspor ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa pada periode tersebut kontribusinya masing-masing adalah 20,25 persen dan 7,32 persen.
Dengan demikian, bagi ekspor RI, China dan ASEAN merupakan kontributor yang lebih besar dengan secara bersama menyumbang lebih dari 40 persen perdagangan. Hal tersebut juga membuat poros Jakarta dalam hal bidang perdagangan akan semakin diperkuat menuju ke pasar regional Asia.
Selain itu, untuk mengurangi kebergantungan pada pasar tunggal mana pun, Indonesia telah secara agresif memperluas perjanjian perdagangan seperti dengan Korea Selatan (IK‑CEPA), Australia (IA‑CEPA), dan kini terobosan politik telah dicapai dengan perjanjian CEPA Uni Eropa yang diumumkan pada Juli 2025.
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump: Tak Ada Perpanjangan Tanggal Penerapan Tarif 1 Agustus
Sedangkan langkah strategi dengan promosi dagang aktif yang dilakukan Indonesia kini telah menjangkau Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin, dengan mempromosikan sejumlah komoditas unggulan RI seperti minyak sawit, nikel, tekstil, dan makanan olahan di berbagai pasar baru tersebut.
Seluruh kebijakan tersebut juga bukan hanya dalam tataran retorika, tetapi merupakan taktik pergeseran perdagangan ke berbagai arah yang berakar kepada memperkokoh ketahanan ekonomi nasional sembari melakukan diplomasi strategis demi kepentingan Indonesia.
Tidak hanya Indonesia, respons global terhadap kebijakan tarif agresif pemerintahan Trump juga berlangsung dengan cepat dan strategis, karena banyak negara yang waspada terhadap ketidakpastian dari AS, beradaptasi dengan mengurangi eksposur ke pasar AS.
Baca Juga: Kembali Kritik Trump, Elon Musk Sebut Kejahatan Seksual Jeffrey Epstein Jadi Prioritas Partainya
Keseimbangan baru global