“Think Like a Monk”: Membongkar Kearifan Sunyi dalam Dunia yang Bising
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Selasa, 17 Juni 2025 12:17 WIB
.jpg)
Ia juga membahas pentingnya kebiasaan, niat, dan lingkungan dalam membentuk karakter.
Setiap bab disertai latihan meditasi, refleksi, dan journaling, membuat pembaca tak hanya merenung, tapi juga berlatih hidup sadar.
Give: Melampaui Diri, Menyatu dalam Pelayanan
Dalam Give, Shetty mengingatkan bahwa perjalanan spiritual sejati tak berakhir pada transformasi diri, melainkan dilanjutkan dengan kontribusi pada dunia.
Baca Juga: Buku Karen Armstrong, The Lost Art of Scripturalism
Memberi bukan hanya tindakan moral, tapi juga jalan penyembuhan. Empati, kata Shetty, adalah bentuk kebijaksanaan paling tinggi.
Buku ini menutup dengan nada kontemplatif: bahwa makna hidup tak ditemukan, melainkan diciptakan melalui pelayanan yang penuh cinta.
Mengapa Buku Ini Penting?
Buku Think Like a Monk ini memiliki kemampuan menyederhanakan ajaran spiritual kuno dalam bahasa populer tanpa kehilangan kedalaman maknanya.
Baca Juga: Buku Xi Jinping Jelaskan Cara Membangun Komunitas Manusia yang Berbagi Masa Depan
Shetty menulis dengan sangat personal, relatable, dan tak terkesan menggurui.
Ia merangkul pembaca dari berbagai latar belakang—religius maupun sekuler, muda atau tua—dan mengajak mereka berjalan dalam proses mengenal diri.
Namun, bagi pembaca yang terbiasa dengan literatur spiritual yang lebih filosofis atau akademik, buku ini mungkin terasa “terlalu mudah.”
Baca Juga: Buku Musdah Mulia, Muslimah Reformis: "Sebuah Seruan Kritis dari Hati Nurani Seorang Perempuan”
Beberapa bagian terlihat terlalu motivasional dan repetitif. Ada juga kecenderungan untuk menggeneralisasi pengalaman monastik dalam formula kebahagiaan yang universal, padahal perjalanan batin tiap orang bersifat unik.