DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Raisye Soleh Haghia: AJI Berperan Strategis dalam Perjuangan Kebebasan Pers 1994-1999

image
Sidang Promosi Doktor Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, pada Selasa, 10 Juni 2025. Raisye dinyatakan lulus dengan predikat “sangat memuaskan.” (Foto: Satrio Arismunandar)

Strategi perlawanan AJI berkembang secara dinamis dari aksi simbolik menuju pendekatan yang lebih sistematis dan terlembaga. Gerakan ini mengombinasikan empat pilar utama.

Yaitu: (1) pembangunan aliansi strategis dengan elemen masyarakat sipil; (2) pemanfaatan jalur hukum sebagai arena perjuangan ideologis; (3) perluasan jaringan internasional melalui organisasi seperti IFJ; serta (4) pengembangan Pendidikan jurnalistik alternatif dan media alternatif seperti majalah “Suara Independen.” 

“Pendekatan multidimensional ini tidak hanya mencerminkan kecanggihan taktis tetapi juga menandai pergeseran paradigmatis dalam gerakan sosial Indonesia,” jelas Raisye.

Baca Juga: AJI, IJTI dan PFI Menolak Program Rumah Bersubsidi bagi Jurnalis

Raisye memaparkan, dampak perjuangan AJI bersifat struktural dan berjangka panjang.

Dalam jangka pendek, gerakan ini berhasil mempertahankan eksistensi pers alternatif di tengah represi negara, meningkatkan kesadaran publik tentang kebebasan pers, serta menciptakan tekanan politik terhadap pemerintahan Orde Baru.

Sementara dalam jangka panjang, kontribusi AJI terwujud melalui tiga transformasi mendasar yaitu keterlibatan AJI dalam perumusan UU Pers No. 40/1999, normalisasi nilai-nilai jurnalisme independen, dan penciptaan paradigma baru organisasi pers sebagai aktor strategis demokratisasi.

Baca Juga: Perkara yang Jerat Direktur Pemberitaan JAKTV Nonaktif Tian Bahtiar Jadi Tersangka tidak Berkait Produk Jurnalistik

Raisye menyatakan, secara teoritis, penelitiannya ini memberikan tiga kontribusi utama. Pertama, pengayaan perspektif historiografi pers Indonesia melalui pendekatan history from below yang menempatkan aktor non-Elit sebagai subjek sejarah.

Kedua, pengembangan model analisis gerakan sosial sebagai kerangka teoritis baru dalam kajian sejarah pers.

Ketiga, penegasan pentingnya pendekatan multidisipliner untuk memahami kompleksitas gerakan sosial seperti AJI.

Baca Juga: Oditurat Militer Banjarmasin: Oknum TNI AL Jalin Dua Hubungan Asmara Sebelum Bunuh Jurnalis Juwita

“Temuan penelitian ini sekaligus mengembangkan teori aksi kolektif Charles Tilly dengan mengidentifikasi varian spesifik gerakan profesional, termasuk peran kapital sosial budaya dalam mengatasi masalah free-rider dan bentuk-bentuk perlawanan hybrid yang khas gerakan sosial,” lanjut Raisye.

Halaman:

Berita Terkait