DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Bukan Otomatisasi, Kolaborasi AI-Manusia Jadi Inti dari Logistik Masa Depan

image
Seorang perwakilan dari Fraunhofer Institute for Material Flow and Logistics (IML) Jerman mendemonstrasikan sebuah robot anjing dalam pameran Transport Logistic 2025 di Munich pada 3 Juni 2025. (Xinhua/Li Chao)

ORBITINDONESIA.COM -- Dalam Transport Logistic 2025, pameran internasional untuk logistik, mobilitas, teknologi informasi, dan manajemen rantai pasokan yang berakhir pada Kamis, 5 Juni 2025 di Munich, salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah Spot, sebuah robot anjing berwarna kuning.

Awalnya dikembangkan oleh Boston Dynamics, sistem ini telah diadaptasi oleh Fraunhofer Institute for Material Flow and Logistics (IML) Jerman untuk digunakan dalam operasi kargo udara.

"Spot telah dilatih menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendeteksi palet tertentu yang disusun tidak beraturan di gudang kargo udara," kata Manuel Wehner, seorang peneliti di Fraunhofer IML, kepada Xinhua. "Setelah mendeteksi palet target tersebut, robot itu mengerahkan lengan robotiknya untuk memindai dan membaca kode batang, dan kemudian meneruskan informasi itu ke sebuah sistem kontrol terpusat."

Baca Juga: Artificial intelligence menjadi ilmuwan baru. Akan semakin banyak penemuan di bidang matematika, kedokteran dan kosmologi.

Meskipun Spot tidak melakukan pengambilan barang, robot tersebut memungkinkan robot lain untuk menangani pengangkutan yang sebenarnya dengan menemukan kargo secara efisien.

Wehner mengatakan bahwa AI dalam sistem ini mendukung tiga fungsi utama, yaitu mengenali pola kargo, mengoptimalkan operasi armada robot, dan memungkinkan pengelolaan gudang secara prediktif.

Peran Spot mencerminkan transformasi yang lebih luas yang sedang berlangsung di sektor logistik. AI membentuk kembali otomatisasi gudang, pengoptimalan rute, dan pengiriman.

Baca Juga: Eksplorasi galaxy dengan artificial intelligence. Petualangan luar angkasa akan didominasi dengan robot artificial intelligence.

Sebuah survei terbaru dari Messe Muenchen GmbH, pihak penyelenggara pameran selama empat hari itu, mengungkapkan bahwa sekitar 54 persen dari peserta pameran tahun ini telah mengadopsi AI, terutama dalam hal administrasi, layanan pelanggan, dan pengendalian. Di Jerman, dua pertiga responden melaporkan telah menggunakan AI sampai batas tertentu.

Martin Friedrich, peneliti lainnya dari Fraunhofer IML, menekankan nilai AI dalam mengelola kompleksitas di lingkungan logistik yang bergerak cepat. Aplikasi seperti perkiraan kapasitas, pengiriman otomatis, dan pemeliharaan prediktif telah terbukti bermanfaat.

Namun, terlepas dari peran AI yang semakin meluas di sektor logistik, 60 persen responden yang disurvei oleh Messe Muenchen GmbH masih menganggap keahlian manusia sebagai faktor terpenting untuk sukses.

Baca Juga: Siapakah manusia di era artificial intelligence? Akan terjadi renungan baru. Siapakah manusia, apa lagi perannya?

"Pada akhirnya, ini semua tentang manusia, karena logistik adalah bisnis manusia," kata Robert Schoenberger, pemimpin industri global di Messe Muenchen GmbH, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Xinhua.

Matthias Klump, associate professor di Politecnico di Milano juga mengatakan, "Manusia tidak digantikan, tetapi saling melengkapi."

Dalam presentasinya di acara tersebut, Klump menyoroti bahwa tren itu jelas bergerak ke arah Industri 5.0, sebuah model yang tidak hanya berfokus pada digitalisasi yang berpusat pada teknologi, tetapi juga pada kolaborasi simbiosis antara manusia dan mesin.

Baca Juga: Merayakan Hari Lahir Pancasila di Era Artificial Intelligence

AI menawarkan wawasan berbasis data, mengidentifikasi risiko, dan membuat proses menjadi lebih efisien, sementara manusia tetap menjadi pengambil keputusan utama, kata Klump.

Pendekatan yang berpusat pada manusia ini juga terlihat dalam operasi logistik saat ini. "Kami sekarang memiliki pusat kendali di mana satu operator manusia mengawasi seluruh armada robot, dan hanya melakukan intervensi jika diperlukan," kata Wehner. Model pengawasan manusia ini, yang dipasangkan dengan kolaborasi multirobot, dipandang sebagai jalan ke depan, yang menyeimbangkan efisiensi dengan keselamatan.

Namun, tantangan tetap ada. Friedrich menekankan bahwa industri ini terus bergulat dengan berbagai isu seperti kualitas data yang buruk, keahlian internal yang terbatas, dan kurangnya penerimaan di antara tim.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Artificial Intelligence tak Membunuh Penulis, tapi Mengubahnya

Melibatkan karyawan sejak awal dalam pengembangan membantu mengurangi rasa takut dan menumbuhkan penerimaan, tambah Klump.***

Halaman:
Sumber: Xinhua

Berita Terkait