Usai Tragedi di Rafah, Konsultan AS Hengkang dari Proyek Bantuan Gaza yang Kontroversial
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 04 Juni 2025 13:40 WIB

Kemudian pada tanggal 20 Mei, kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini mengatakan bahwa dimulainya kembali aliran bantuan kemanusiaan oleh Israel ke Jalur Gaza ditujukan untuk menggusur paksa warga Palestina.
Sebagaimana diwartakan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mendesak penyelidikan independen, dan menyeret para pelaku pembantaian ke pengadilan setelah otoritas Gaza mengatakan 31 warga sipil tewas di dekat pusat bantuan AS-Israel di Rafah, Gaza selatan.
"Saya menyerukan penyelidikan segera dan independen atas peristiwa ini dan agar para pelaku dimintai pertanggungjawaban," kata Guterres dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Masih Berlanjut, Korban Jiwa di Gaza Bertambah Lagi 33 Orang
"Saya terkejut dengan laporan warga Palestina yang tewas dan terluka saat mencari bantuan di Gaza kemarin. Tidak dapat diterima bahwa warga Palestina mempertaruhkan nyawa mereka untuk makanan," katanya.
Guterres menekankan bahwa Israel memiliki "kewajiban yang jelas" sesuai dengan hukum internasional untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk dan staf PBB dapat bekerja dengan aman.
Otoritas Gaza mengatakan 31 warga sipil tewas dan 200 orang lainnya terluka di dekat pusat bantuan di Rafah pada Ahad (1/6) dini hari. Para korban itu ditembaki pasukan Israel.***
Baca Juga: Israel Terima Proposal AS untuk Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza