Israel Terima Proposal AS untuk Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
- Penulis : Abriyanto
- Sabtu, 31 Mei 2025 03:40 WIB

ORBITINDONESIA.COM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis, 29 Mei 2025 mengatakan bahwa pemerintahnya menerima proposal Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah Steve Witkoff terkait gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza, seperti dilansir media milik pemerintah Israel, Kan TV.
Menurut Kan, Netanyahu melontarkan pernyataan tersebut dalam sebuah pertemuan dengan keluarga para sandera yang diyakini telah meninggal dunia.
Kantor Netanyahu tidak segera bersedia memberikan komentar.
Sebelumnya pada Kamis, Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan mereka telah menerima proposal tersebut dan sedang mengkajinya.
Mengutip seorang pejabat senior Israel, Kan melaporkan bahwa proposal tersebut mencakup gencatan senjata selama 60 hari di Gaza dengan imbalan pembebasan 10 sandera yang masih hidup dan 18 jenazah dalam dua tahap. Israel akan membebaskan 1.236 sandera dan tahanan Palestina, serta 180 jenazah warga Palestina.
Proposal itu tidak mewajibkan Israel untuk berkomitmen mengakhiri serangannya yang telah berlangsung selama 19 bulan di Gaza, namun mengharuskan Israel dan Hamas untuk terlibat dalam perundingan gencatan senjata jangka panjang. AS, Mesir, dan Qatar akan menjadi penjamin kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Masih Berlanjut, Korban Jiwa di Gaza Bertambah Lagi 33 Orang
Israel memperkirakan 58 sandera masih berada di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup. Mereka diculik dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang kemudian memicu serangan Israel yang masih berlangsung hingga kini.
Israel mengakhiri kesepakatan gencatan senjata tiga tahap sebelumnya pada Maret, setelah dua bulan gencatan senjata di mana Hamas membebaskan 33 sandera. Israel menolak untuk melanjutkan tahap kedua, dan melanjutkan serangannya ke Gaza pada 18 Maret.
Jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan Israel telah mencapai 54.000 orang sejak dimulainya serangan pada Oktober 2023, menurut data terbaru dari otoritas kesehatan Gaza.***