Hamas Berikan Respons "Positif" terhadap Proposal Gencatan Senjata Gaza yang Didukung AS
- Penulis : Mila Karmila
- Minggu, 01 Juni 2025 17:43 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Hamas telah memberikan "persetujuan positif" terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) untuk Gaza, demikian disampaikan seorang pejabat senior dari kelompok militan Palestina tersebut pada Sabtu, 31 Mei 2025 mendeskripsikannya sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif yang menuntut kepatuhan penuh Israel.
Pejabat Hamas itu, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Xinhua bahwa respons tertulis kelompok itu kepada mediator internasional mencakup jadwal dan detail pelaksanaan yang spesifik, yang menekankan pentingnya kepatuhan Israel terhadap semua persyaratan, termasuk komitmen rekonstruksi.
"Kini semuanya ada di tangan pemerintah AS untuk menekan pemerintah Israel agar mematuhi perjanjian tersebut, alih-alih membiarkan mereka memperpanjang perang," ujar pejabat itu.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Masih Berlanjut, Korban Jiwa di Gaza Bertambah Lagi 33 Orang
Proposal tersebut menguraikan proses tiga tahap untuk membebaskan semua sandera Israel yang ditahan di Gaza selama lebih dari 60 hari di bawah pengawasan internasional, menurut sumber itu.
Hamas menuntut dibukanya kembali semua perlintasan perbatasan tanpa pembatasan dan meminta jaminan internasional untuk mencegah perseteruan baru. Kelompok itu juga menyerukan agar distribusi bantuan dilanjutkan melalui mekanisme yang ada.
Di bawah persyaratan tersebut, pasukan Israel akan menarik diri ke posisi-posisi yang telah mereka duduki sebelum 2 Maret, yang kemudian diikuti dengan gencatan senjata selama lima tahun. Sebuah komite teknokratik sipil akan memikul tanggung jawab administratif di Gaza pascaimplementasi, kata pejabat itu.
Baca Juga: Israel Terima Proposal AS untuk Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
Dalam pernyataan terpisah pada Sabtu, Hamas mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menyampaikan tanggapan resmi terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff.
Kesepakatan itu akan membebaskan 10 sandera Israel yang masih hidup bersama jenazah 18 orang lainnya dengan imbalan sejumlah tawanan Palestina yang telah disepakati, kata Hamas.
Perjanjian yang diusulkan itu bertujuan untuk mewujudkan gencatan senjata permanen, menyelesaikan penarikan Israel dari Gaza, dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke daerah kantong tersebut, tambah kelompok itu.
Gencatan senjata sebelumnya, yang mulai berlaku pada 19 Januari, berakhir pada 18 Maret ketika Israel melanjutkan operasi militer di Gaza. Sebelum serangan baru tersebut, Israel menutup semua perlintasan perbatasan dan membatasi aliran bantuan kemanusiaan mulai 2 Maret. Hanya akses bantuan terbatas yang diizinkan sejak 22 Mei.
Otoritas kesehatan di Gaza pada Sabtu melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat kampanye militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 54.381 orang, dengan 124.054 lainnya terluka. Sejak pertempuran dimulai kembali pada 18 Maret, pihak berwenang melaporkan 4.117 korban tewas dan 12.013 korban luka. ***