DECEMBER 9, 2022
Kolom

George Soros dan Media "Kritis" yang Mendapat Investasi dari NGO Asing

image
George Soros (Foto: ANTARA)

Lebih dari itu, gara gara ikut menanamkan sahamnya, George Soros langsung mendapatkan pembelaan. Ditulisnya, “krisis moneter 1997-1998 bukan hanya salah Soros” . Tudingan bahwa George Soros menjadi biang keladi krisis moneter 1997-1998 - ketika mata uang Baht anjlok dan memicu efek domino ke negara-negara Asia, termasuk Indonesia - "perlu dilihat dari perspektif yang lebih luas".

Lalu mengutip Studi Brown dkk (1998) berjudul "Hedge Funds and the Asian Currency Crisis of 1997" menyimpulkan bahwa peran Soros hanya sebagian kecil dari persoalan kompleks tersebut. Juga menyebut masuknya investasi Soros hanya salahsatu dari puluhan investor asing lainnya

Ditambah kutipan laporan IMF juga menyebut faktor utama krisis adalah "ekonomi domestik yang rapuh, utang luar negeri yang tinggi, serta tata kelola yang buruk". Juga pembenaran dari Direktur Eksekutif INDEF di sini dengan opini senada.

Baca Juga: Yadi Heriyadi Hendriana Dewan Pers: Pak Bahlil Sudah Mengadukan Tempo

Pendek kata, sosok Soros berubah menjadi harum dan terhormat.

Setelah IMDF-nya menanam saham, Open Society Foundation- nya memberi donasi, sang Iblis pun jadi malaikat! Amboi!

Kini - mereka bukan lagi anjing penjaga demokrasi. Melainkan anjing penjaga para investor dan spekulan saham global. Mereka menggonggong kencang pada berbagai penyimpangan negara, mengritik pemerintah dan kekuasaan, sebagai pembawa pesan investor.

Baca Juga: Marah Sakti Siregar: Tempo vs Bahlil, Majalah Tempo Tidak Perlu Meminta Maaf

Juga mengulang ulang isu dengan intens untuk membusukkan politik dan ekonomi negara (kita) - hingga pada akhirnya saham saham perusahaan yang berjatuhan diambil alih oleh mereka.

Pada era ketika kebenaran bisa dibeli per tayang, opini dijual dalam paket hemat iklan, iming iming diskon - proposal konten bisa dibayar ratusan juta - media bukan lagi penjaga kebenaran. Media kini dijaga oleh para pedagang; pedagang emosi, pedagang konflik, pedagang tragedi.

Mereka jualan "info A1" - "sumber terpercaya yang tak mau disebut namanya" - "bisik bisik dari orang dalam", mencampur fakta opini dan dusta.

Baca Juga: Menteri Hukum Supratman Andi Agtas Persilakan Aparat Selidiki Dugaan Teror yang Menimpa Tempo

Selamat datang di zaman ketika kebenaran berbayar, dan konflik adalah konten. Proposal penuh pujian berbalik jadi makian, jadi kebencian dan dendam lantaran tak cocok harga.

Halaman:

Berita Terkait