DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

IDAI: Capaian Intervensi Penyakit Jantung Bawaan pada 2024 Baru Mencakup 7.500 Kasus

image
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Rizky Adriansyah dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 21 Mei 2025. ANTARA/Mecca Yumna

ORBITINDONESIA.COM - Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI mengatakan, per 2024 total layanan intervensi Penyakit Jantung Bawaan (PJB), baik bedah maupun non-bedah, baru mencakup 7.500 kasus, padahal tiap tahunnya ada sekitar 50 ribu bayi yang lahir dengan kondisi itu.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 21 Mei 2025, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Pengurus Pusat IDAI Rizky Adriansyah mengatakan, dari 50 ribu bayi yang punya Penyakit Jantung Bawaan, sekitar 12 ribu adalah kasus PJB kritis yang membutuhkan penanganan segera.

"Ini artinya, ribuan anak Indonesia belum tertangani secara optimal dan berisiko kehilangan masa depan hanya karena keterbatasan akses layanan kesehatan," ucap pimpinan IDAI itu.

Baca Juga: Wow, KSRelief Raja Salman Gelar Program Operasi Jantung Gratis di Jakarta, 21-31 Januari 2025

Rizky mengatakan, capaian intervensi itu menunjukkan ketimpangan distribusi layanan di berbagai wilayah. Menurutnya, ada provinsi yang tidak memiliki layanan bedah jantung anak sama sekali, sementara beban kasus terus meningkat.

Selain itu, katanya, layanan di banyak daerah belum dilengkapi dengan ICU khusus jantung anak (PCICU), cath-lab yang memadai, obat-obatan penting seperti prostaglandin IV, serta SDM yang terlatih khusus menangani kasus kompleks jantung anak.

"Jumlah dokter spesialis jantung anak di Indonesia saat ini hanya sekitar 105 orang. Bandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang menambah sekitar 90 ahli baru setiap tahun. Di Indonesia, pertambahan hanya 4-6 orang per tahun," katanya.

Baca Juga: Rekor Terlama: Pria Australia Hidup dengan Jantung Titanium Selama 105 Hari

Oleh karena itu IDAI melakukan sejumlah langkah strategis guna menangani kasus ini. Contohnya pelatihan skrining dan diagnosis awal PJB untuk dokter umum, perawat, bidan. Kemudian, inisiasi program Indonesian Newborn Pulse Oximetry Screening Training (INPOST) untuk tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP).

"Pelatihan skrining ekokardiografi dasar bagi dokter spesialis anak di seluruh Indonesia," katanya.

Dia melanjutkan terdapat juga program intervensi terstruktur. Dia mencontohkan Program Flying Doctor dan Proctorship, dimana RS daerah didampingi oleh dokter ahli jantung anak yang berpengalaman lebih dari 10 tahun, agar RS-RS itu mandiri dalam intervensi PJB.

Baca Juga: Dokter Mega Febrianora: Pasien Penyakit Jantung Diminta Terapkan Pola Makan Sehat Saat Lebaran

"Lebih dari 15 RS vertikal dan provinsi telah dibantu IDAI agar mampu melakukan tindakan jantung anak secara mandiri," katanya.

Halaman:

Berita Terkait