Hendrajit: Founding Fathers Umumnya Nasionalis dengan Pikiran Sosialisme yang Kuat
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 10 Juni 2025 03:16 WIB

Oleh Hendrajit*
ORBITINDONESIA.COM - Para founding fathers kita nyaris semua umumnya nasionalis yang menganut pikiran sosialisme yang kuat. Jadi kalaupun kemudian berhadapan dengan pihak asing, bukan dalam bingkai chauvinisme, rasisme atau xenopobia yang apa-apa yang asing pokoknya anti.
Asing yang kita musuhi adalah para kapitalis yang yang mana korporasi sebagai mesin kapal keruknya dalam melebarkan pengaruh ekonominya, kebetulan beroperasi di luar negeri. Bukan berarti kita anti orang-orang asing yang korporasi-korporasi raksasa yang beroperasi di Amerika atau Prancis, lalu kita anti Amerika atau anti Prancis.
Baca Juga: Menteri Kebudayaan Fadli Zon Dukung Penghentian Aktivitas Tambang di Raja Ampat Papua
Pada konteks inilah sebaiknya para pejabat kita kalau lagi sensitif jangan sedikit-sedikit menyalahkan asing. Sejarah intelektual dan sejarah politik kita dari era pergerakan kemerdekaan hingga merdeka, selalu mengawinkan nasionalisme dengan pandangan sosialisme yang kuat. Kita kita dijajah lantaran kolonialisme adalah anak kandung kapitalisme.
Selama kolonialisme asing adalah buah dari kapitalisme dan korporasi, barulah kita melawan asing lantaran kapitalisme korporasi lekat dengan negara asing. Seperti kita melawan Belanda dulu.
Jadi kalau Bahlil bilang jangan jangan ada pihak asing lagi campur tangan di Raja Ampat dalam urusan tambang, harus diperjelas dulu profil asing dalam konteks ini seperti apa. Kalau kemudian ternyata yang dimaksud adalah keterlibatan korporasi, ini data empirik atau sinyalemen?
Baca Juga: Kementerian ESDM Nilai Tambang Nikel di Pulau Gag, Raja Ampat Tidak Bermasalah
Atau karena guliran isu ini dari Greenpeace lalu disimpulkan adanya intervensi asing? Memang benar kadang kadang Greenpeace yang merupakan advokator lingkungan hidup entah sadar atau tidak kerap jadi ujung tombak atau proksi beberapa pemerintahan asing dalam politisasi lingkungan hidup untuk memaksa negara negara berkembang mematuhi arahan negara negara adikuasa. Sehingga seringkali tidak selalu netral juga.
Tapi dalam kasus Filipina baru-baru ini ketika melakukan advokasi warga yang daerahnya berpotensi terkena kerusakan lingkungan lantaran adanya investor dari Amerika yang mau membangun pusat tenaga nuklir, Greenpeace bermanfaat juga buat warga masyarakat. Pemerintah Filipina kemudian menunda pengoperasian proyek yang melibatkan perusahaan Amerika itu.
Jadi yang penting sekarang, bentuk segera tim pencari fakta dan temukan kebenarannya. Soal Greenpeace, anggap saja itu semacam alarm. Meski itu cuma asap, pastinya ada apinya dong.
Baca Juga: Kementerian ESDM Rilis Lima Pulau di Raja Ampat, Papua Barat Daya Menjadi Lokasi Tambang
Memang benar, bisa jadi api yang nantinya tersingkap dari balik tabir asap, belum tentu api yang sekarang ini kita bayangkan. Jangan jangan, hiruk pikuk dan sahut sahutan terkait Raja Ampat ini merupakan tabir asap.