DECEMBER 9, 2022
Internasional

Konferensi Kelautan PBB akan Fokus pada Keanekaragaman Hayati, Subsidi, dan "Target 30X30"

image
Sejumlah sukarelawan memungut sampah dalam sebuah kampanye bersih-bersih pantai di Pantai Flamengo di Rio de Janeiro, Brasil, pada 22 Maret 2025. Pada peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada Sabtu, 22 Maret 2025, sejumlah kota di Negara Bagian Rio de Janeiro, Brasil, meluncurkan kampanye bersih-bersih pantai skala besar, dengan ratusan sukarelawan bekerja sama untuk membersihkan sampah laut, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran publik akan konservasi laut dan pembangunan berkelanjutan. (Xinhua/Wang Tiancong)

ORBITINDONESIA.COM -- Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketiga (UNOC3), akan diselenggarakan di Nice, Prancis, dari 9 hingga 13 Juni mendatang. Pertemuan tersebut akan berfokus pada tiga tujuan inti, yakni melestarikan keanekaragaman hayati laut, menghentikan subsidi perikanan yang merusak, dan memajukan target global "30x30".

Meningkatnya suhu laut, pengasaman, dan penurunan kadar oksigen melemahkan kemampuan laut untuk mengatur iklim, menurut para ilmuwan dari One Ocean Science Congress.

Dalam sebuah pernyataan, para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan lingkungan tersebut, ditambah dengan naiknya permukaan air laut, menimbulkan ancaman serius terhadap infrastruktur global dan kehidupan di Bumi. Pernyataan terbaru itu disampaikan untuk menginformasikan ancaman tersebut kepada para pembuat keputusan yang berkumpul di Nice.

Baca Juga: China Desak Negara-Negara Terkait untuk Berhenti Timbulkan Masalah di Laut China Selatan

Dalam konteks ini, UNOC3 akan mempertemukan pemerintah, lembaga keuangan internasional, organisasi nonpemerintah, peneliti, kelompok masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan sektor swasta untuk mengatasi serangkaian tantangan dan menjajaki peluang yang terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB ke-14, yakni melestarikan dan secara berkelanjutan memanfaatkan samudra, laut, serta sumber daya kelautan demi pembangunan yang berkelanjutan.

Konferensi tersebut akan mengadakan sepuluh sesi pleno dan sepuluh diskusi meja bundar, beserta berbagai acara tambahan lainnya.

Prioritas utama adalah mengamankan 60 ratifikasi yang diperlukan untuk memberlakukan "Perjanjian BBNJ", atau perjanjian di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Keanekaragaman Hayati Laut di Wilayah di Luar Yurisdiksi Nasional.

Baca Juga: Menhan Vietnam, Phan Van Giang: Panduan Perilaku Laut China Selatan Siap Diadopsi Awal 2026

Diadopsi pada 2023, kesepakatan tersebut bertujuan untuk melindungi ekosistem laut di perairan internasional. Sejauh ini, baru 32 negara yang telah meratifikasinya. Batas waktu pengumpulan 60 negara untuk mengesahkan dan memberlakukan perjanjian tersebut jatuh pada 20 September 2025.

"Tujuan (konferensi) Nice adalah mencapai setidaknya 60 ratifikasi untuk memastikan berlakunya perjanjian tersebut. Kita belum mencapai (target)... Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron, seperti dikutip Le Monde. 

Tujuan kedua menargetkan pelarangan subsidi perikanan yang merusak, yang secara luas dilihat sebagai pendorong utama menipisnya ketersediaan ikan global.

Baca Juga: Jepang dan Filipina Sepakat Perkuat Kerja Sama Pertahanan di Laut China Selatan

Meskipun Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) mengadopsi sebuah perjanjian tentang masalah ini pada Juni 2022, perjanjian tersebut masih memerlukan ratifikasi formal oleh dua pertiga anggotanya, atau 111 negara, dan hingga saat ini baru 101 negara yang telah meratifikasinya.

Halaman:
Sumber: Xinhua

Berita Terkait