DECEMBER 9, 2022
Kolom

Analisis Ekonomi: Penurunan Peringkat Kredit AS Tambah Tekanan pada Ekonomi

image
Sejumlah orang berjalan melewati Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) di Washington DC, AS, pada 19 Januari 2025. (Xinhua/Wu Xiaoling)

Menurut sebuah makalah penelitian yang diterbitkan di Journal of Banking & Finance pada 2016, perubahan peringkat kredit suatu negara dapat memengaruhi pertumbuhan ekonominya melalui "saluran tingkat suku bunga dan aliran modal."

"Kenaikan (atau penurunan) satu tingkat menyebabkan peningkatan (atau penurunan) sekitar 0,6 persen (0,3 persen) dalam tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata lima-tahunan di negara-negara yang peringkatnya disesuaikan," demikian isi makalah berjudul "The relation between sovereign credit rating revisions and economic growth" tersebut.

Ekonomi AS menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama tahun ini, di tengah kebijakan tarif yang meningkatkan ketidakpastian dan melemahkan kepercayaan.

Baca Juga: The Wall Street Journal: Donald Trump Mungkin Akan Melonggarkan Tarif Impor Produsen Mobil

Beberapa lembaga riset telah menurunkan kemungkinan resesi AS pada 2025 setelah pertemuan ekonomi dan perdagangan tingkat tinggi China-AS yang digelar selama dua hari di Jenewa meredakan ketegangan antara dua perekonomian terbesar dunia itu. Namun, AS masih menghadapi risiko resesi yang signifikan.

Kepala ekonom AS JPMorgan, Michael Feroli, mengatakan, "Kami percaya risiko resesi masih tinggi, tetapi kini di bawah 50 persen," turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 60 persen yang didasarkan pada kebijakan tarif besar-besaran AS yang diumumkan pada awal April.

Investor miliarder AS Steve Cohen mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya resesi AS saat ini sekitar 45 persen. "Kita belum berada dalam resesi, tetapi kita mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan," katanya pada Rabu, 14 Mei 2025, dalam sebuah konferensi investasi di New York.

Baca Juga: CRIF Luncurkan Fitur untuk Menilai Potensi Dampak Tarif AS pada Strategi Bisnis Perusahaan

Khususnya, indeks harga produsen AS untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada April karena menurunnya permintaan untuk perjalanan udara dan akomodasi hotel.

Sentimen konsumen AS pada Mei turun, dan telah turun selama lima bulan berturut-turut, sedangkan perkiraan inflasi satu-tahun mencapai tingkat tertinggi sejak 1981, demikian menurut hasil survei awal yang dirilis oleh Universitas Michigan pada Jumat.

"Ini bukan hanya soal tarif, tetapi juga kelemahan mendasar di kalangan konsumen AS saat ini, dan kuartal kedua akan menjadi kuartal yang lemah bagi pertumbuhan, mengingat kita memasukinya dengan sentimen yang buruk dan banyak ketidakpastian seputar kebijakan. Dan hal itu belum sepenuhnya terselesaikan, meskipun apa yang telah kami lakukan dengan China akhir pekan lalu," kata Thierry Wizman, ahli strategi valuta asing dan suku bunga global di Macquarie Group, seperti dikutip oleh CNBC. 

Baca Juga: China dan Amerika Serikat Akan Mulai Negosiasi Tarif di Swiss

(Oleh Liu Yanan, penulis Xinhua) ***

Halaman:
Sumber: Xinhua

Berita Terkait