Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas
- Penulis : Arseto
- Minggu, 18 Mei 2025 09:22 WIB

Namun, pertanyaan mendasarnya tetap menganga: apakah keadilan bisa dibangun di atas penghapusan suara yang tidak disukai?
Hamas memang kontroversial. Namun di Gaza, mereka juga menang Pemilu secara demokratis pada 2006. [2]
Menghapus mereka sepihak berarti membungkam pilihan politik sebagian rakyat Palestina.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Memahami Kecenderungan Politik dari Dalam Diri
Lebih jauh lagi, apakah perdamaian yang dibeli dengan pengucilan dan tekanan ekonomi adalah perdamaian yang sungguh-sungguh—atau hanya senyap sementara sebelum badai yang baru?
-000-
Di sinilah kembali pentingnya suara Amina. Ia bukan anggota Hamas. Ia bukan elite politik. Ia hanya seorang anak yang ingin bermain tanpa takut pada langit.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Bill Gates Versus Elon Musk, Dua Jalan Peradaban
Di balik setiap kebijakan, ada wajah. Di balik setiap triliun, ada tangis. Dunia sering lupa bahwa angka-angka itu tak akan pernah mencium debu di Gaza.
Maka, jika nanti benar Amerika mengakui Palestina tanpa Hamas, dunia mesti bertanya: apakah Amina akan benar-benar lebih aman?
Apakah ia akan tersenyum di antara puing-puing yang berganti jadi jalan raya? Atau hanya menjadi saksi baru dari konflik lama dengan kemasan baru?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mereka Menemukan Cinta dan Menikah dalam Komunitas Puisi Esai
Perdamaian bukan sekadar kesepakatan di meja bundar. Ia adalah hak yang harus tumbuh dari keadilan—bukan dari kompromi yang membungkam.