DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Namun, pertanyaan mendasarnya tetap menganga: apakah keadilan bisa dibangun di atas penghapusan suara yang tidak disukai?

Hamas memang kontroversial. Namun di Gaza, mereka juga menang Pemilu secara demokratis pada 2006. [2]

Menghapus mereka sepihak berarti membungkam pilihan politik sebagian rakyat Palestina.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Memahami Kecenderungan Politik dari Dalam Diri

Lebih jauh lagi, apakah perdamaian yang dibeli dengan pengucilan dan tekanan ekonomi adalah perdamaian yang sungguh-sungguh—atau hanya senyap sementara sebelum badai yang baru?

-000-

Di sinilah kembali pentingnya suara Amina. Ia bukan anggota Hamas. Ia bukan elite politik. Ia hanya seorang anak yang ingin bermain tanpa takut pada langit.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Bill Gates Versus Elon Musk, Dua Jalan Peradaban

Di balik setiap kebijakan, ada wajah. Di balik setiap triliun, ada tangis. Dunia sering lupa bahwa angka-angka itu tak akan pernah mencium debu di Gaza.

Maka, jika nanti benar Amerika mengakui Palestina tanpa Hamas, dunia mesti bertanya: apakah Amina akan benar-benar lebih aman?

Apakah ia akan tersenyum di antara puing-puing yang berganti jadi jalan raya? Atau hanya menjadi saksi baru dari konflik lama dengan kemasan baru?

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mereka Menemukan Cinta dan Menikah dalam Komunitas Puisi Esai

Perdamaian bukan sekadar kesepakatan di meja bundar. Ia adalah hak yang harus tumbuh dari keadilan—bukan dari kompromi yang membungkam.

Halaman:

Berita Terkait