DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Nanti Amerika Serikat Mengakui Negara Palestina Tanpa Hamas

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Namun di balik angka yang mencorong itu, ada gema agenda tersembunyi. Trump tampaknya memberi sinyal kesiapan untuk mengakui negara Palestina, namun dengan satu syarat utama: tanpa Hamas.

Ini bukanlah Two-State Solution seperti yang diidealkan Oslo. Ini adalah versi baru, pragmatis, dingin, dan penuh kalkulasi. Katakanlah ini: Two-State Solution 2.0.

Kerangka barunya, jika saya analisis, mungkin seperti ini:

Baca Juga: Catatan Denny JA: Memahami Kecenderungan Politik dari Dalam Diri

* Pengakuan Palestina sebagai negara — Amerika Serikat (AS) bersedia mengakui Palestina sebagai entitas berdaulat, asalkan pemerintahan di dalamnya tidak diisi Hamas.

* Zona Gaza bebas militan — Gaza harus dibersihkan dari kelompok bersenjata. Sebagai gantinya, dibangun infrastruktur baru dengan investasi internasional.

* Penyempurnaan Kesepakatan Abraham — Negara-negara Arab didorong menormalisasi hubungan dengan Israel, sebagai imbalan atas stabilitas dan bantuan ekonomi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Bill Gates Versus Elon Musk, Dua Jalan Peradaban

* Iran sebagai musuh bersama — Aliansi regional diperkuat, menjadikan Iran sebagai poros ancaman demi membangun narasi “stabilitas kawasan”.

-000-

Strategi Trump mencerminkan realpolitik yang paling telanjang: diplomasi ditukar dengan dolar, perdamaian dijinakkan lewat peta investasi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mereka Menemukan Cinta dan Menikah dalam Komunitas Puisi Esai

Tentu saja, secara pragmatis, pendekatan ini bisa mengubah dinamika kawasan. Konflik disulap menjadi proyek infrastruktur. Musuh dipisahkan dari rakyatnya. Politik dibungkus dalam retorika “rekonstruksi dan perdamaian”.

Halaman:

Berita Terkait