Puisi Esai Denny JA Menyambut Waisak: Bunga Meditasi untuk Tina Turner
- Penulis : Arseto
- Senin, 12 Mei 2025 18:17 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Tina Turner, Sang Ratu Rock, mencoba mengakhiri hidupnya pada tahun 1968. Ia menelan 50 pil Valium sebelum konser. Tapi maut menolaknya. Lalu datanglah mantra. Lalu datanglah kebangkitan.
-000-
Ada apa, Tina?
Di kamar hotel yang bisu,
kau berseru tanpa suara
kepada cermin
yang tak lagi memantulkan jiwamu:
“Aku memilih mati.” (1)
Lima puluh pil Valium
kau telan seperti meneguk malam—
tanpa bintang,
tanpa pintu keluar.
Helaan napas terakhir
yang bahkan udara pun enggan memberi.
Padahal malam itu,
namamu berkibar di langit dunia.
Panggung menyala,
mikrofon berdiri seperti pengantin,
dan suaramu—
serak dan suci—
membelah malam
menjadi petir
di jantung langit selatan.
Namun di balik gaun berpayet
dan gemuruh tepuk tangan,
kau sembunyikan luka,
belati di balik satin.
Cinta, yang seharusnya memeluk,
menjelma kuku yang mencakar.
Dan pria yang kau sebut suami
lebih menyerupai badai
yang tak tahu reda.
Di tahun glamor yang juga gelap:
1968.
Kau masih istri,
masih diva,
namun juga tawanan—
di tubuh,
di rumah,
di cinta
yang menjelma jeruji
bertabur lampu sorot.
-000-
Namun maut menolakmu, Tina.
Dan dari penolakan itu,
sebutir benih
jatuh ke tanah tergelap batinmu—
diam-diam, ia tumbuh:
bunga pertama dari meditasi.
Beberapa musim kemudian,
di Los Angeles yang gaduh dan menyala,
kau bertemu Valerie Bishop—
bukan penyelamat,
hanya seorang perempuan
yang membawa mantra
dalam suara selembut fajar:
Nam Myoho Renge Kyo.
Kau tak mengerti artinya,
tapi saat pertama kali melafalkannya,
mantra itu seperti embun
yang jatuh tepat di luka terdalam.
Kau ulang perlahan,
seperti anak kecil
yang mengeja harapan
dengan lidah gemetar.
Malam demi malam,
lafal itu mengubah:
air matamu jadi bening suci,
luka jadi jendela,
dan racun jadi amrita—
obat para dewa.
-000-
Suaramu, dulu menggelegar,
kini menjadi doa.
Setiap nada—akar teratai,
setiap gerak—getar batin.
Kau tak lagi menghancurkan langit.
Kau tenun kembali luka
dengan benang suara dan diam.
Menjadi sungai
yang memeluk batu
dan menyulap gesekan
menjadi nyanyian jiwa.
Hingga pada tahun
yang menjanjikan kelahiran baru:
1976.
Kau tinggalkan badai,
bukan dengan amarah,
tapi keheningan
yang lebih nyaring
dari teriakan.
Hanya satu koper.
Uang dua puluh sen.
Dan sebuah mantra
yang kau peluk
seperti janin dalam dada:
Nam Myoho Renge Kyo.
Itu konser barumu.
Panggung batin
tanpa sorotan,
hanya kesadaran.
Kau tak lagi bernyanyi untuk Grammy,
melainkan untuk menyelamatkan jiwamu.
Tak lagi mengejar tepuk tangan,
tapi pelukan sunyi
yang menumbuhkan damai.
Kau berkata:
“Buddhisme menyelamatkanku.”
Dan kisahmu menjadi teratai
yang mekar dari lumpur tergelap.
Hidupmu menjadi saksi:
luka bisa bernyanyi kembali.
Derita bisa berdansa lagi.
Dari reruntuhan,
tumbuhlah
bunga meditasi—
yang menolak layu.***
Jakarta, 12 Mei 2025
CATATAN
(1) Tina Turner pernah mencoba bunuh diri, menelan 50 pil Valium.
The Independent, 2016
-000-
Aneka puisi esai dan ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World