Catatan Denny JA: Memahami Kecenderungan Politik dari Dalam Diri
- Penulis : Arseto
- Minggu, 11 Mei 2025 06:57 WIB

Tapi justru di situlah keindahannya. Setiap kelemahan adalah undangan untuk lebih rendah hati. Dengan mengakui keterbatasan ini, kita bisa merancang tipologi yang lebih cair—memadukan psikometri berbasis budaya, pemindaian neurosains real-time, dan etika AI yang inklusif.
Seperti kata filsuf Tiongkok kuno, "Peta bukanlah wilayah," tetapi imajinasi yang terus direvisi akan semakin mendekati kebenaran.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Olahraga Padel Segera Naik Daun di Indonesia
Di Des Moines, Iowa, 2019. Thomas—seorang veteran Perang Teluk—dan putranya, Jack—seorang aktivis lingkungan hidup—nyaris tak saling bicara lagi.
Setiap makan malam berubah menjadi bentrokan.
Thomas mencemaskan stabilitas. Jack mengutuk ketidakadilan sistemik.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Tumbuh Bersama Dongeng Walt Disney
Suatu malam, Jack mengusulkan satu hal sederhana:
“Ayah, mari kita isi kuis tipologi politik ini bersama. Tanpa debat. Hanya jawab.”
Mereka duduk, mengisi pertanyaan tentang keadilan, kebebasan, keamanan, dan kesetaraan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Tuan Tanah
Mereka terkejut. Di balik perbedaan pendapat, nilai dasar mereka sama: kejujuran, pengabdian, cinta pada keluarga. Tapi memang mereka berbeda pada apa yang diprioritaskan.