Paus dari Afrika atau Asia, Mungkinkah?
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 08 Mei 2025 00:01 WIB

Dari kawasan Amerika Latin ada dua nama yang punya pengaruh besar yakni Odilo Pedro Scherer (75 tahun/Brazil/Uskup Agung Sao Paulo). Ia didukung kuat oleh Uskup Uskup Amerika Latin. Sedangkan Víctor Manuel Fernández (62 tahun/Argentina/Kepala Departemen Doktrin dan Iman) tangan kanan Paus Fransiskus untuk menunjuk calon calon Uskup juga masuk radar.
Namun Kardinal dari Amerika Latin kemungkinan besar tidak didukung oleh kawasan lain. Karena para Kardinal ingin penyegaran dan Gereja akan mendekat ke wilayah pinggiran.
Sementara dari Asia ada 2 kardinal yang menjadi kandidat yakni Luis Antonia Tagle (67 tahun/Filipina/Kepala Departemen Penginjilan/Evangelisasi) dan George Koovakad (51 tahun/India/Kepala Departemen Hubungan Antar Agama). Luis Antonio Tagle atau lebih populer disapa Kardinal Chito merupakan sosok karismatik. Ia mendapat julukan ‘Fransiskus dari Asia’. Pada masa kepemimpinan Paus Fransiskus, ia menjadi orang ketiga dalam jajaran kuria di Vatikan. Koovakad yang berasal dari Gereja Katolik Timur Syro Malabar adalah salah satu Kardinal ‘rising star’ dari India.
Baca Juga: Garuda Indonesia dan KWI Bekerja Sama Dukung Mobilitas Umat Katolik Lewat Berbagai Layanan
Bagaimana dengan Kardinal dari Nusantara, Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo? Meskipun di atas kertas kurang diperhitungkan, tetapi peluang tetap ada. Pembawaan yang tenang serta berbicara penuh kedalaman dengan keteduhan membawa rasa damai di hati siapa saja yang mendengarkan suaranya.
Beralih ke kawasan terakhir yakni Afrika, benua yang mewakili wajah pinggiran Gereja Katolik tetapi menunjukkan perkembangan umat yang paling mencengangkan dibandingkan kawasan lainnya. Di saat terjadi krisis panggilan di Eropa dan Amerika, kawasan Afrika menjawab dengan membludaknya seminari seminari dan makin meningkatnya panggilan hidup rohani menjadi pastor, bruder dan suster.
Gereja mengalami persekusi dan penganiayaan di sejumlah negara Afrika, namun mereka lebih memilih mati sebagai martir di tangan Kaum Ekstrimis Islam dibandingkan meninggalkan iman. Hal ini mengingatkan kembali penganiayaan Gereja zaman Para Rasul pada masa kekuasaan Kekaisaran Romawi dimana banyak orang orang Kristen rela menyerahkan nyawa demi mempertahankan iman dalam Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Pertemuan Pertama Para Kardinal Diadakan pada Selasa, 22 April
Ada tiga kandidat paus dari kawasan Afrika yakni Peter Turkson (76 tahun/Ghana/Kepala Departemen Akademi Pengetahuan dan Sosial Kepausan), Robert Sarah (79 tahun/Guinea/Kepala Departemen Doa dan Sakramen), Fridolin Ambongo Besungu (65 tahun/Republik Demokratik Kongo/Uskup Agung Kinshasa).
Peter Turkson menjadi kandidat yang paling diperhitungkan karena ia bisa disebut sebagai ‘Fransiskus dari Afrika’. Ia memiliki karakter seperti Paus Fransiskus dan mengedepankan dialog dengan orang orang yang berbeda iman. Pamannya seorang Muslim menjadikan pengalaman berharga untuk menciptakan toleransi dan perdamaian serta hidup berdampingan meskipun pilihan iman yang berbeda.
Robert Sarah dikenal sebagai Kardinal yang konservatif dan sering bersuara lantang terhadap penindasan dan ketidakadilan. Ia mendukung Gereja Katolik kembali ke nilai nilai tradisionalis misalnya menghadirkan Misa berbahasa Latin yang terasa khusuk dan spiritual.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Rakyat Palestina: Kami Kehilangan Teman Sejati yang Setia
Sementara Fridolin dari Kongo adalah mewakili wajah Gereja Katolik yang dinamis. Kongo yang pada awalnya didominasi oleh Protestan dan agama asli, sekarang mayoritas adalaj Katolik. Evangelisasi atau Penginjilan Gereja Katolik di Republik Demokratik Kongo merupakan prestasi yang harus diakui.