Paus dari Afrika atau Asia, Mungkinkah?
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 08 Mei 2025 00:01 WIB

Konklaf
Konklaf berasal dari Bahasa Latin yakni cum artinya dengan sedangkan clave artinya kunci. Arti secara lengkap Konklaf adalah dengan kunci. Para Kardinal (Pangeran) Gereja Katolik yang mengadakan pemilihan Paus dalam ruangan terkunci dimana mereka tida bisa berkomunikasi dengan dunia luar.
Sebanyak 133 Kardinal memiliki hak untuk memilih dan dipilih menjadi Paus. Dalam ruangan tertutup bernama Kapel Sistina, mereka berdoa dalam keheningan dan memohon bimbingan Roh Kudus untuk memilih siapa diantara 133 Kardinal yang akan menduduki Tahta Rasul Petrus yang ke-267.
Baca Juga: Garuda Indonesia dan KWI Bekerja Sama Dukung Mobilitas Umat Katolik Lewat Berbagai Layanan
Tidak ada kampanye politik, tidak ada lobby-lobby, tidak ada serangan fajar atau bagi bagi uang, tidak ada janji makan siang gratis, tidak ada janji janji 19 juta lapangan kerja baru, tidak ada tim sukses untuk menjadikan seorang Kardinal sebagai Paus. Pemilihan didahului dengan doa, keheningan dan kontemplasi.
Para Kardinal memasuki Kapel Sistina dengan menyanyikan lagu berjudul ‘Veni Creator Spiritus’ atau ‘Datanglah Ya Roh Pencipta’, sebuah lagu abad ke-9 untuk memohon bimbingan dan petunjuk Roh Kudus untuk menerangi hati, pikiran dan akal budi para kardinal guna memilih Paus yang baru. Sejumlah nama muncul di media massa sebagai kandidat paus atau yang disebut Papabili.
Dalam tulisan ini akan dibahas sejumlah kardinal yang muncul sebagai papabili berdasarkan kawasan (Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan Afrika).
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Pertemuan Pertama Para Kardinal Diadakan pada Selasa, 22 April
Dari Italia muncul tiga nama besar yakni Kardinal Pietro Parolin (Sekretaris Vatikan/70 tahun), Matteo Zuppi (69 tahun/Uskup Agung Bologna/Ketua Uskup se-Italia) dan Pierbattista Pizzaballa (60 tahun/Patriak Gereja Latin di Yerusalem).
Pietro Parolin memiliki peluang terbesar karena dia adalah orang kedua pada masa Paus Fransiskus. Parolin mendapatkan dukungan terbesar para Kardinal Italia dan negara negara Eropa lainnya. Parolin memiliki kecakapan diplomasi dan berjasa dalam membangun dialog dengan Pemerintah Komunis China dan mengatasi kebuntuan dalam penunjukkan Uskup Uskup Gereja Katolik di China. Ia menguasai Bahasa Latin, Italia, Inggris, Perancis, Spanyol. Namun secara umum 17 suara kardinal Italia akan terpecah kepada Parolin, Zuppi dan Pizzabala.
Dua kardinal Eropa lain yang bisa menjadi kuda hitam adalah Kardinal Peter Erdo (72 tahun/Hungaria) dan Kardinal Anders Arborelius (75 tahun/Swedia). Peter Erdo adalah Ketua Uskup Uskup se-Eropa, memiliki pandangan konservatif dan seorang Teolog yang disegani. Arboleus adalah mantan Protestan Lutheran yang pada umur 20 tahun memutuskan pindah ke Katolik, karena kepenuhan kebenaran iman ada dalam Gereja Katolik.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Rakyat Palestina: Kami Kehilangan Teman Sejati yang Setia
Dari kawasan Amerika Utara nama yang muncul adalah Kardinal Robert Francis Prevost (69 tahun/Kepala Departemen Uskup Vatikan). Ia memiliki pengaruh besar di Amerika Utara dan Amerika Latin. Namun ia adalah warga negara Amerika Serikat. Hal ini menjadi hambatan karena para kardinal lain enggan memilih kandidat Paus yang berasal dari Negara Superpower.