Paus dari Afrika atau Asia, Mungkinkah?
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 08 Mei 2025 00:01 WIB

Oleh Sigit Wibowo*
ORBITINDONESIA.COM - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja (Jemaat)-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
Matius 16:18-19
Baca Juga: Garuda Indonesia dan KWI Bekerja Sama Dukung Mobilitas Umat Katolik Lewat Berbagai Layanan
Institusi tertua di dunia yang sudah berusia hampir 2.000 tahun yang didirikan Yesus Kristus, pada tanggal 7 Mei 2025 mulai menyelenggarakan Konklaf yakni pemilihan Pemimpin Gereja Katolik sedunia untuk mencari penerus Rasul Petrus yang ke-267.
Sebelumnya Paus Fransiskus yang bernama asli Jose Mario Bergoglio adalah Paus ke-266 berasal dari Dunia Baru yakni Argentina. Ia dianggap sebagai sosok yang telah melakukan perubahan revolusioner Gereja Katolik di tengah tengah dunia yang semakin sekuler. Paus Fransiskus hadir dengan keteladanan yakni kesederhanaan, kerendahan hati, bela rasa dan menghadirkan wajah Allah yang penuh kerahiman.
Sosok pengganti Paus Fransiskus, tampaknya akan meneruskan berbagai kebijakan yang telah dilakukan Paus dari Argentina. Tantangan dunia ke depan yang dihadapi Gereja Katolik adalah konflik dan peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Perang Rusia-Ukraina belum berakhir, Perang Israel-Hamas di Gaza masih membara, Perang Amerika Serikat-Houti Yaman dan kemungkinan pecahnya perang antara India-Pakistan.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Pertemuan Pertama Para Kardinal Diadakan pada Selasa, 22 April
Berbagai belahan dunia sedang dilanda konflik dan peperangan yang merenggut nyawa manusia yang begitu besar. Jika konflik peperangan tidak segera dicari jalan perdamaian melalui diplomasi, maka dalam kasus Perang Rusia-Ukraina bisa memicu terjadinya Perang Dunia III yang tentu saja tidak akan diinginkan siapapun.
Gereja Katolik dipanggil menjadi pembawa damai dan memulihkan harkat dan martabat manusia yang tercabik cabik karena konflik peperangan. Manusia adalah gambar dan citra Allah yang baik adanya sehingga permusuhan dan peperangan hanyalah kesia-siaan serta merendahkan nilai nilai kemanusiaan.
Gereja Katolik secara ekternal juga dipanggil menjalin dialog dan menciptakan kerukunan umat beragama di dunia. Dialog dan kerjasama dengan berbagai Iman yang berbeda seperti Islam, Yahudi, Buddha, Hindu dan Agama agama lainnya pada masa kepemimpinan Paus Fransiskus akan tetap dilanjutkan.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Rakyat Palestina: Kami Kehilangan Teman Sejati yang Setia
Dalam bahasa Paus Fransiskus “Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman dengan diri sendiri”.